TEMPO.CO, Boyolali - Sebanyak 215 karung beras miskin (raskin) yang sedianya dibagikan kepada warga miskin di Desa Bengle, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, masih tertumpuk di gudang penggilingan padi milik Muryami, warga Desa Sumberagung, Kecamatan Klego, Boyolali.
Di balik terpal biru yang menyelubunginya, tumpukan karung beras itu dililit garis polisi. “Beras itu dikirim kesini oleh seseorang yang mengaku Kepala Desa Bengle. Padahal, dalam percakapan via telepon, kami belum membahas soal berapa harganya,” kata Muryami saat ditemui Tempo pada Kamis, 3 Desember 2015.
Muryami menuturkan, si penelepon yang belakangan diketahui bernama Budiyono (memang Kepala Desa Bengle) itu meneleponnya pada Rabu pagi. Kepada Muryami, Budiyono mengutarakan niatnya menjual beras sumbangan (sebutan untuk raskin yang biasa disumbangkan ke tetangga yang sedang memiliki hajat) sebanyak 215 karung. Tiap karung rata-rata berisi 14 - 15 kilogram beras.
“Katanya beras itu dijual untuk (biaya) pembangunan (di desa),” kata Muryami yang mengaku belum pernah berhubungan bisnis Budiyono. Sebagai pedagang beras, dia biasa membeli beras sumbangan dari para warga penerima raskin. “Raskin itu kualitasnya buruk. Makanya sering dijual untuk ditukarkan dengan beras yang lebih layak dimakan,” kata perempuan 53 tahun itu.
Di pasaran, Muryami biasa membeli raskin Rp 90.000 per karung untuk dijual lagi seharga Rp 6.700 - Rp 6.900 per kilogram. “215 karung raskin itu diantar ke gudang saat saya sedang keluar,” kata Muryami. Gara-gara kesepakatan jual-beli raskin itu, Muryami, Budiyono, dan Kemis, sopir truk pengangkut raskin, diperiksa di Kepolisian Sektor Klego pada Rabu malam.
Terbongkarnya kasus jual beli raskin itu bermula dari kecurigaan sebagian warga Desa Bengle yang sering menerima jatah raskin tidak sesuai takaran. Pada Rabu pagi, sejumlah warga yang mengetahui jadwal pengiriman raskin berinisiatif mengadang truk yang biasa membawa raskin ke Desa Bangle.
Di simpang tiga Klego, truk berpelat nomor AD 1957 BD itu justru berbelok ke jalur Klego, tidak langsung ke arah Wonosegoro. Setelah mengetahui sebagian karung raskin diturunkan ke gudang Muryami, warga pun melapor ke Polsek Klego. Pada Rabu malam, puluhan warga Desa Bengle mendatangi Polsek Klego. Mereka meminta agar kasus jual beli raskin itu diusut tuntas.
Hingga Kamis siang, truk itu masih ditahan di Polsek Klego. “Hari ini baru pelimpahan (kasus jual beli raskin Desa Bengle) dari Polsek Klego ke Polres Boyolali. Setelah itu, Polres akan mengundang Kepala Desa Bengle dan pihak-pihak yang terkait untuk diklarifikasi,” kata Kepala Bagian Operasional Satuan Reserse dan Kriminal Polres Boyolali, Inspektur Satu Mulyanto.
Budiyono tidak bersedia menanggapi kasus dugaan jual beli raskin yang membelitnya. “(Laporan) Itu ada muatan politisnya,” kata Budiyono saat dikonfirmasi wartawan via telepon. Adapun Camat Wonosegoro, Edy Kristiawan, mengaku selama ini belum pernah ada aduan ihwal penyaluran raskin di wilayahnya. “Jatah raskin di Desa Bengle sekitar 9.225 ton per bulan,” kata Edy.
DINDA LEO LISTY