TEMPO.CO, Jakarta - Slamet Effendy Yusuf, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), meninggal di Bandung, Rabu malam, 2 Desember 2015. Empat hari sebelum wafat, Slamet sempat dikabarkan meninggal dan ramai dibicarakan di sejumlah grup WhatsApp aktivis Nahdlatul Ulama.
“Saya dapat kabar dari teman di Lampung, setelah dikonfirmasi, ternyata salah. Bukan Slamet Effendy, tapi Slamet Mustaqiem. Mungkin teman saya salah membaca,” kata mantan Pejabat sementara Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), M. Rikza Chamami, Kamis, 3 Desember 2015.
Hari ini, Rikza kembali dikejutkan kabar meninggalnya Slamet. Dan kali ini kabar itu benar. Slamet Effendy Yusuf meninggal ketika mengikuti rangkaian acara Lembaga Kajian Majelis Permusyawaratan Rakyat di Hotel Ibis, Bandung. Ia ditemukan meninggal di tempat tidur kamar hotelnya pada Rabu malam tadi.
Kamar Slamet dibuka paksa beberapa rekannya yang juga mengikuti acara yang sama setelah dihubungi berkali-kali tidak bisa. Slamet ditemukan masih menggunakan pakaian kerjanya lengkap dalam posisi tidur. "Ia dipanggil Allah," ujar Rikza sambil menguncapkan perasaan dukanya.
Rencananya, jenazah disemayamkan di rumah duka di Citra Grand, Blok H, Nomor 4, Castil Garden, Cibubur, Bogor, pukul 12.00 WIB. Selanjutnya akan diberangkatkan dan dimakamkan di Purwokerto, Jawa Tengah.
Sebelum meninggal, ia sempat meminta beberapa kali difoto seorang diri. Kemudian foto tersebut ia bagikan ke dalam grup media sosial pengurus PBNU. Ketua PBNU Sultan Fathoni mengatakan Slamet sempat mengirimkan beberapa foto dirinya dalam acara tersebut. Dari mimik mukanya, tidak tampak tanda-tanda sedang sakit. “Melihat beberapa momen beliau minta difoto dari mimik mukanya, tidak tampak apa-apa, biasa saja,” kata Sultan.
Slamet Effendy Yusuf lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, pada 12 Januari 1948. Ia adalah putra pertama pasangan Yusuf Azhari dan Umi Kulsum. Ia dibesarkan dalam lingkungan santri, yang bisa menjadikannya sebagai pemimpin muda Islam. Seperti saat ia menjalankan pendidikan di Madrasah Mualimin Al-Hidayah, ia aktif dalam IPNU. Saat duduk di bangku kuliah, ia aktif dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Dewan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Yogyakarta. Setelah tamat dari bangku kuliah, ia aktif di Gerakan Pemuda Ansor, organisasi pemuda Nahdlatul Ulama.
INGE KLARA SAFITRI