TEMPO.CO, Lumajang - Pejabat Bagian Politik dan Ekonomi Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya Jett Thomason melakukan kunjungan ke Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu, 2 Desember 2015. Jett Thomason didampingi Kepala Bagian Lingkungan Hidup, IPTEK, dan Kesehatan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jai Nair.
Menurut Abdullah Al Kudus, tokoh relawan Laskar Hijau, kelompok pemuda pegiat konservasi Gunung Lemongan, kedatangan dua pejabat dari konjen dan kedubes Amerika Serikat itu cukup istimewa. Kedatangan kedua orang ini ke Lumajang, pertama untuk melihat aktivitas Laskar Hijau dalam upayanya memulihkan ekosistem di gunung yang tercatat unik di dunia ini.
"Kami juga sempat mendiskusikan berbagai hal terkait dengan lingkungan hidup," kata Aak. Setelah sempat agak lama berdiskusi di rumah Aak, keduanya langsung mengunjungi Ranu Klakah, Ranu Pakis, untuk kemudian menuju ke Gunung Lemongan. Jett dan Jai Nair juga ikut berjibaku dan belepotan tanah untuk ikut menanam bambu bersama dengan para relawan Laskar Hijau.
Jett Thomason mengaku salut dengan upaya Laskar Hijau untuk memulihkan hutan lindung di Gunung Lemongan. Sebab, pekerjaan besar dan berat ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat yang ada di sekitar Gunung Lemongan sendiri. Sementara itu, Jai Nair pun kagum dengan pemandangan di Gunung Lemongan.
"Saya berharap suatu saat bisa datang kembali ke Gunung Lemongan khusus untuk berlibur dan menanam bersama Laskar Hijau," katanya.
Saat itu hadir juga Josua Ebenezer Simanjuntak, Presiden Student Association For Public Administraition (SAPA) Sumatera. Josua Ebenezer juga secara khusus datang ke Gunung Lemongan. "Saya sempat bersilaturahmi ke Gunung Sinabung setahun yang lalu. Dan beliau membalas lawatan saya dengan datang ke Gunung Lemongan," ujar Aak.
Setelah dari Gunung Lemongan, Jett dan Jai Nair juga meninjau Desa Selok Awar-awar untuk bersilaturahmi dengan keluarga almarhum Salim Kancil, Tosan, dan para aktivis penolak tambang di desa tersebut. Keduanya bahkan meninjau lokasi bekas tambang di Watu Pecak dan sawah milik almarhum Salim Kancil yang sudah rusak.
Kasus pembunuhan Salim Kancil dan penganiayaan Tosan terjadi pada Sabtu pagi, 26 September 2015. Dua warga Desa Selok Awar-awar itu menjadi korban penyiksaan lebih dari 30 orang pro-penambangan pasir di Pantai Watu Pecak. Salim Kancil ditemukan tewas di jalan dekat makam desa setempat setelah sebelumnya sempat dijemput dari rumahnya dan disiksa di Balai Desa. Sedangkan Tosan mengalami luka-luka serius serta sempat menjalani perawatan dan operasi di Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang.
Polisi telah menangkap dan menahan 37 tersangka terkait dengan kasus di Desa Selok Awar-awar. Salah satunya adalah Hariyono yang merupakan kepala desa Selok Awar-awar. Selain diduga menjadi aktor intelektual pembunuhan Salim Kancil dan pengeroyokan Tosan, Hariyono diduga melakukan tindak pidana ilegal mining di Pantai Watu Pecak.
DAVID PRIYASIDHARTA