TEMPO.CO, Cilegon - Dinas Kesehatan Kota Cilegon, Banten, mencatat sebanyak 95 warga Kota Cilegon meninggal akibat Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Dari data yang dihimpun, hingga November 2015, jumlah penderita HIV/AIDS di Cilegon mencapai angka 460 orang. Dari jumlah itu, penderita HIV sebanyak 315 orang dan AIDS sebanyak 144 orang. "Kontribusi tertinggi ada di Kecamatan Pulo Merak dengan jumlah penderita sebanyak 93 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Cilegon Arriadna, Selasa, 1 Desember 2015.
Selanjutnya, disusul oleh Kecamatan Jombang sebanyak 86 orang, Kecamatan Citangkil 57 orang, Kecamatan Purwakarta dan Cilegon masing-masing 45 orang, Kecamatan Cibeber 38 orang, Kecamatan Grogol 27 orang, Ciwandan 10 orang, dan 12 orang lainnya tidak diketahui.
Arriadna mengatakan penderita HIV/AIDS paling banyak menyasar pada ibu rumah tangga. Bahkan Dinas Kesehatan Cilegon telah mencatat 103 orang terkena penyakit mematikan tersebut. "Untuk yang lainnya, 78 orang PSK, 11 orang PNS, 18 orang sopir, tidak diketahui jenis pekerjaannya sebanyak 143 orang, pengangguran sebanyak 23 orang, pelajar 3 orang, dan berstatus mahasiswa 7 orang," ujar Arriadna.
Menurut Arriadna, untuk meminimalisasi penyebaran virus mematikan tersebut, dibutuhkan kesadaran para penderitannya. Jangan sampai penderita menularkan HIV/AIDS itu kepada orang lain dan selalu melakukan pengobatan secara rutin. "Saat ini di Cilegon ada dua klinik untuk pengobatan AIDS. Pertama bisa dilakukan di RSKM dan yang kedua di RSUD Cilegon. Pengobatan ini juga gratis, tidak dipungut biaya," katanya.
Arriadna mengatakan meski melakukan pengobatan secara teratur, penderita HIV/AIDS belum bisa disembuhkan dengan pengobatan. Pemberian obat hanya untuk menekan pertumbuhan virus serta memperpanjang hidup penderita. "Untuk itu, lakukan hubungan yang sehat dan aman untuk menghindari risiko tertular," ujarnya.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Cilegon Retno Windarwati mengatakan semua orang dapat berisiko terkena penyakit tersebut. Untuk itu, tidak perlu malu atau takut memeriksakan kesehatannya. "Penyakit ini dapat menular kepada siapapun dan kapanpun," katanya.
WASI'UL ULUM