EMPO.CO, Palembang - Bencana kebakaran hutan tahun 2015 terbilang sangat besar di Sumatera Selatan. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengendalian Kebakaran Hutan Sumatera Selatan Achmad Taufik mengatakan, hingga 10 November, tercatat 612.833 hektare lahan terbakar. Selain area terbakar lebih banyak, ia memaparkan waktu kejadian tahun ini lebih lama.
Hal ini ia kemukakan dalam workshop kemitraan untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Palembang, Senin, 30 Nopember 2015. "Sejak awal Juli gejala krisis mulai terlihat dengan terjadinya peningkatan hotspot," kata Taufik.
Menurut Taufik, akhir Agustus lalu, jumlah titik api semakin meningkat hingga kabut asap menyebar ke daerah di luar Sumatera Selatan. Kondisi tersebut berlangsung hingga pertengahan November. Dari perhitungan satelit Citra Landsat, kebakaran hutan yang melanda hampir 613 ribu hektare itu, banyak terjadi di Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, hingga ke hampir seluruh kabupaten dan kota. "Penyebabnya sebagian besar ulah manusia," ujar Taufik.
Selain ulah manusia, kebakaran disebabkan kondisi iklim El Nino serta luasnya jumlah area gambut di daerah tersebut. Sebagai langkah pencegahan, menurut Taufik, semua pihak harus menjaga ketinggian air pada lahan gambut melalui pembuatan sekat kanal, pembuatan embung, serta pemberian insentif kepada para warga di sekitar hutan dan kebun. "Penegakan hukum juga harus lebih tegas."
Di forum yang sama, Berthold Haasler, team leader Biodiversity and Climate Change Project (BIOCLIME), mengatakan, selama 2014-2015, sebanyak 60 persen kebakaran terdapat di lahan gambut. Kondisi ini diperparah oleh kenyataan dalam lima tahun terakhir ini, kebakaran besar terjadi tiap tahun. "Padahal periode sebelumnya intensitas kebakaran terjadi dua tahun sekali," kata Haasler.
Melihat kenyataan itu, team leader proyek kerja sama bilateral antara pemerintahan Indonesia dan pemerintahan Jerman tidak dapat berpangku tangan. Selain ikut menggerakkan masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan dan lingkungan sekitarnya, BIOCLIME akan mengembangkan demplot 'forest fire management' di tingkat tapak. "Demplotnya ada di Desa Kepayang, Musi Banyuasin," kata Haasler.
Desa Kepayang terletak di Kecamatan Bayung Lencir, Sumatera Selatan. Saat ini desa tersebut memiliki hutan desa seluas 500 hektare. Hutan itulah yang akan dikembangkan oleh BIOCLIME. BIOCLIME Project GZ merupakan kerja sama bilateral antara pemerintahan Indonesia dan pemerintahan Jerman melalui Kementerian Lingkungan Konservasi Alam dan Keamanan Nuklir Jerman.
Di Sumatera Selatan terdapat empat kabupaten yang terpilih, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Musi Rawas (Mura), Musi Rawas Utara (Muratara), dan Banyuasin.
PARLIZA HENDRAWAN