TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menjadi menteri terpopuler di mata netizen. Penyataan tersebut didapat dari hasil survei yang dilakukan Datalyst dan Institute for Development of Economics and Finance sejak 12 Agustus hingga 13 November 2015. Meski begitu, peneliti dari Indef, Dzulfian Syafrian, meragukan kualitas kinerja Rizal Ramli, Minggu, 29 November 2015.
Menurut Dzulfian, popularitas Rizal Ramli terkait dengan responsnya terhadap sejumlah isu populer, seperti cadangan emas Freeport dan nilai tukar rupiah yang baru-baru ini hangat dibicarakan. Saat itu Rizal mengatakan cadangan devisa emas Bank Indonesia hanya 100 ribu kilogram atau sekitar 100 ton. Sedangkan cadangan emas Freeport ada 16 juta kilogram. "Bayangin, kalau setengahnya saja kita masukan ke dalam cadangan devisa BI, rupiah bisa menguat ke Rp 2.000 per dolar,” kata Rizal pada 18 November 2015.
Menyoal cadangan emas yang dibicarakan Rizal tersebut, Dzulfian berpendapat, penyataan Rizal itu keliru. Pasalnya, emas didapatkan dari penggalian cadangan biji atau batu di bawah tanah yang harus diproses terlebih dulu untuk mendapatkannya. Cadangan bijih emas di Freeport, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Freeport, sebesar 2,2 miliar ton, dan setiap 1 ton bijih emas menghasilkan 0,8 gram emas.
“Jadi total emas di tambang Freeport sebesar 2,2 miliar ton dikali 0,8 gram hasilnya 1.760 ton atau hampir 1.800 ton. Tidak sampai 16 juta kilogram,” ucapnya dalam diskusi di kantor Indef, Jakarta, kemarin.
Terkait dengan hal tersebut, pernyataan Rizal soal penguatan rupiah yang akan mencapai Rp 2.000 per dolar juga tidak didukung dengan data dan perhitungan yang mendasar. Jadi Dzulfian menyimpulkan bahwa popularitas tinggi dan positif di mata publik belum tentu menunjukkan kualitas kinerja menteri yang baik, begitu pun sebaliknya. “Publik harus lebih kritis lagi menilai kinerja menteri-menteri.”
INGE KLARA SAFITRI