TEMPO.CO, Jakarta - Kurnia Ramadhana dari gerakan Turun Tangan menyatakan kekecewaannya pada anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Apalagi setelah maraknya pemberitaan negatif tentang Ketua DPR Setya Novanto.
"Muncul pesimisme dan ketidakpercayaan pemuda kepada DPR," kata Kurnia dalam diskusi di Kantor Rumah Kebangsaan, Jakarta Selatan, Jumat, 27 November 2015.
Ia menjelaskan, di antara kasus yang melilit Novanto, para pemuda paling banyak mengikuti berita terkait dengan Novanto yang muncul dalam kampanye Donald Trump di Amerika, September lalu.
Nama Novanto kembali heboh setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said melaporkannya ke Mahkamah Kehormatan Dewan karena mencatut nama Presiden Joko Widodo dalam perpanjangan kontrak dengan PT Freeport Indonesia.
Menurut Kurnia, permasalahan Novanto ini harus dibawa ke ranah hukum, bukan sekadar perkara etik. "Saya bilang Setya Novanto orang.... Semua orang sudah tahu, tapi dia masih berkelit," ujar Kurnia. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini mengatakan Novanto sebagai legislatif tidak boleh masuk ke ranah eksekutif.
Dari fakta-fakta ini, kata Kurnia, pemuda menjadi apatis pada politik. "Di kota saya di Medan, pemuda selalu menganggap diskusi politik bukanlah konsumsi anak muda. Kami sudah malas," ujar dia. "Di nasional saja, tidak ada pendidikan politik."
Novanto, kata dia, tidak bisa mencerminkan sesuatu yang baik. Ia melanjutkan, negeri ini bermasalah bukan karena banyaknya orang jahat. "Tapi banyak orang memilih diam."
REZKI ALVIONITASARI