TEMPO.CO, Surabaya - Amuk api sudah berganti bau jelaga, tapi air mata tak kunjung mengering di kelopak mata Edy.
Peristiwa kebakaran yang terjadi Selasa siang, 24 November 2015, tak cuma membuat Edy kehilangan tempat tinggal bersama 70-an jiwa lain, yang kini mengungsi di sebuah bekas gudang cabai di Jagir Sidosermo, Surabaya. Iba semakin dalam karena istrinya, Sukarti, 40 tahun, dan dua anaknya, Putri Oktasari (17) dan Amanda Rahmadani (12), ikut tewas terpanggang.
Ditemui pada Rabu petang, 25 November 2015, Edy masih saja banyak termenung. Dia lolos dari maut karena saat kebakaran terjadi ia sedang bekerja sebagai sopir. Beberapa patah kata didapat dari kakaknya, Karmina, yang juga korban dari kebakaran yang sama.
“Saya lihat Sukarti sebenarnya sudah mau keluar rumah saat api berkobar, tapi dia masuk lagi ke rumahnya,” kata Karmina mengenang.
Karmina menduga adik iparnya itu tak tega meninggalkan dua anaknya yang terjebak di satu ruangan. Ketiganya memang kemudian ditemukan berpelukan dalam satu ruangan ketika api berhasil dipadamkan. “Waktu itu saya sudah ditarik-tarik sama warga dan tidak sempat menolong lagi,” ujar Karmina.
Seluruhnya, ada 18 rumah hangus dalam kebakaran yang terjadi di perumahan dalam gang itu pada Selasa lalu. Mereka tersisa tembok-temboknya yang hangus menghitam. Sementara beberapa anggota kepolisian dari tim laboratorium forensik sibuk memeriksa untuk mencari petunjuk penyebab kebakaran itu. Mereka di antaranya memungut beberapa kabel dan bekas kipas.
Lurah Jagir Sidosermo, Bambang Kusminto, mengatakan ada 77 jiwa yang terpaksa harus mengungsi di dua tempat, yakni masjid dan bekas gudang di kelurahan setempat. “Tadi malam, mereka sudah diberi bantuan pakaian, selimut, kasur lipat, dan kasur angin dari Dinas Sosial,” kata Bambang.
Pemerintah kota setempat, kata dia, berjanji akan memperbaiki rumah korban kebakaran dengan gratis. Saat ini permohonan bantuan sudah diajukan.
MOHAMMAD SYARRAFAH