TEMPO.CO, Bojonegoro - Tanggul di bantaran Sungai Bengawan Solo, ables sepanjang 3 kikometer, sedalam 1-2 meter, di Desa Kanor, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Sekitar 3.500 warga lebih terancam terendam, jika Sungai Bengawan Solo meluap.
Tanggul setinggi tujuh meter itu, dibangun 2015, selebar 3,5 meter hingga 4 meter, berlokasi di Dusun Grape, dan Dusun Kanor, Desa Kanor. Tanggul itu mulai terlihat ambles dua-tiga bulan lalu. Selain ambles, bangunannya retak-retak, dan terancam ambrol, jika diterjang air Bengawan Solo. Bahkan ada satu pintu air (Dam) di Dusun Grape yang sudah ambles.
Kantor Desa Kanor telah melaporkannya kepada Dinas Pengairan Bojonegoro, dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Sungai Bengawan Solo, juga di Bojonegoro. Namun hingga kini, belum ada realisasi perbaikannya. “Sudah kami laporkan,” ujar Kepala Desa Kanor, Ramlah, kepada Tempo, Rabu (25/11).
Dia mengatakan, sudah ada pemberitahuan dari Pemerintah Bojonegoro, terkait jadwal perbaikannya. Tetapi baru direalisasikan 2016 mendatang. Dikhawatirkan dengan jangka waktu pengerjaan yang masih tahun depan, justru akan membuat kondisi tanggul kian parah. Apalagi, daerah Dusun Grape dan Dusun Karena, dikenal sebagai daerah rendah dan berpotensi banjir.
Menurut dia, jika Sungai Bengawan Solo meluap, maka airnya bisa merendam sekitar 3.528 jiwa di Desa Kanor. Selain itu, banjir juga berpotensi merusak tanaman padi di areal seluas 220 hektare, yang merupakan lahan produktif dengan panen minimal dua kali per tahun.”Kita berharap, cepat diperbaiki,” kata Ramlah.
Camat Kanor, Subiyanto, mengatakan dari sekitar tiga kilometer tanggul, terdapat 300 meter yang kondisinya kritis dan berpotensi longsor. ”Secepatnya harus diperbaiki,” dia menesgaskan.
Sebelumnya antisipasi banjir, proyek normalisasi plengsengan sepanjang 40 kilometer di Anak Sungai Bengawan Solo, Bojonegoro, penggarapannya dipercepat. Di Kabupaten Bojonegoro ada sekitar 13 Anak Sungai Bengawan Solo, yang dalam lima tahun ini, kerap mendatangkan banjir bandang.
Anak Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, melewati di lebih dari 18 kecamatan. Di antaranya, Sungai Mekuris, Sungai Semar Mendem, Sungai Kalitidu, Sungai Gandong, Sungai Pacal, Sungai Kening dan lainnya.
Sebagai catatan, banjir di Bojonegoro sebagian berasal dari dua tempat. Yaitu dari hulu sungai, kiriman dari Solo, Sragen, Madiun dan Ngawi. Selain itu, Anak Sungai Bengawan Solo kerap berpotensi mengirimkan banjir bandang.
Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro, Edy Susanto, mengatakan proyek normalisasi terdapat di 47 titik, di antaranya berupa plengsengan di pinggir Anak Sungai Bengawan Solo, di Kabupaten Bojonegoro. Yakni Kali Mekuris, di Desa Piak, Simbatan, Pesen dan Bogangin, Kecamatan Kanor, sepanjang lebih dari dua kilometer.
Sebelumnya dia mengatakan, Kali Mekuris yang melintas di Kecamatan Sumberejo, dan Kecamatan Sugih Waras, sepanjang proyek plengsengan sekitar enam kilometer. Juga proyek plengsengan di Kecamatan Kepoh Baru, Dander, dan beberapa Anak Sungai Bengawan Solo di Kecamatan Padangan, Kasiman, Kalitidu, juga di Ngraho. “Kita plengseng untuk mengurangi banjir,” kata dia. SUJATMIKO