INFO NASIONAL - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan paham radikalisme dan ekstrimisme merupakan fenomena dunia di era globalisasi, yang jelas-jelas bertolak belakang dengan jati diri Keindonesiaan.
"Jadi tidak ada cara yang lebih ampuh untuk menangkalnya kecuali kita membentengi diri sendiri," ujar Lukman Hakim usai menjadi inspektur upacara Ziarah Makam Pahlawan terkait HUT PGRI ke 70 di Makam Pahlawan Kalibata, Selasa, 24 November 2015.
Baca Juga:
Jadi karenanya, selaku Menteri Agama, Lukman sangat mengharapkan guru-guru dan semua pihak untuk bisa menanamkan paham agama yang moderat, yang penuh dengan toleransi yang menebar kedamaian, yang menebarkan kemaslahatan bagi sesama kepada anak-anak. “Karena dengan cara seperti itulah kemudian penangkalan itu justru dimulai dari diri kita sendiri,” katanya.
Pada edisi tempo.co, Kamis, 29 Oktober 2015, berkaitan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda di Jogja Expo Center, Lukman mengungkapkan ada beberapa faktor yang mendorong seseorang bersikap ekstrem dan melakukan aksi terorisme. Yang terutama adalah perlakuan tidak adil. Kondisi ketidakadilan itu kemudian akan dilawan dengan aksi kekerasan. Ketidakadilan, kata dia, bisa muncul dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, hukum, maupun ekonomi.
Faktor lain yang menyebabkan seseorang bersikap ekstrem adalah karena pemahaman agama yang sangat sempit. Menurut Lukman, banyak paham agama secara salah dijadikan dasar untuk melakukan tindak kekerasan oleh sekelompok orang. "Jihad sering dijadikan dasar aksi teror, padahal jihad tidak selalu berarti perang fisik," ujarnya. (*)
Baca Juga: