TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) memastikan akan melibatkan kantor Akuntan Publik Ishak, Saleh, Soewondo, & Rekan untuk mengaudit keuangan pembiayaan kongres HMI yang berlangsung sejak 22 November 2015.
Kontrak kerja sama audit keuangan ini telah ditandatangani Ketua Umum PB HMI Arief Rosyid pada 20 November 2015. "Langkah PB HMI untuk melibatkan audit keuangan ini merupakan bukti nyata bahwa HMI menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas publik," ujar Ketua Umum PB HMI Arief Rosyid.
Arief mengatakan audit itu akan menciptakan budaya baru bagi organisasi kepemudaan. "Khususnya HMI yang bernapaskan Islam untuk membangun nilai integritas pada seluruh kadernya,” ujar kader HMI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar itu di sela kongres ke-29 di Pekanbaru.
Arief mengatakan HMI tidak ragu menjalani proses audit yang dilakukan pihak independen dan kompeten untuk mengevaluasi bukti serta laporan keuangan kongres sesuai dengan kaidah manajemen keuangan. “Audit ini akan menentukan dan melaporkan kesesuaian antara proses yang telah kami jalankan dan laporan pembuktiannya," ujar Arief.
Kongres HMI ke-29 di Pekanbaru sejak awal menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Acara yang berlangsung pada 22 hingga 26 November 2015 mendapat kucuran anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Riau sebesar Rp 3 miliar mendapat pertentangan dari masyarakat.
Dana itu jauh lebih besar dari alokasi dana pencegahan kebakaran hutan Provinsi Riau yang hanya sebesar Rp 1,4 miliar. Belum lama ini, masyarakat Riau menderita karena bencana kabut asap yang diakibatkan kebakaran hutan.
Sebagian kader HMI yang menghadiri kongres itu juga membuat ricuh, bahkan sejak pemberangkatan. Di Makassar, 1.048 kader HMI dari wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat juga meminta tiket kapal gratis kepada PT Pelni.
Mereka menggelar aksi dan memaksa naik kapal tanpa bayar. Sempat terjadi kerusuhan, tapi akhirnya PT Pelni mengalah dan memberangkatkan mereka. Penjabat Hubungan Masyarakat Pelabuhan Makassar, Erisanty, mengatakan dari total anggota HMI yang berangkat, tercatat 1.025 mahasiswa tidak memiliki tiket. “Mereka diberi tiket gratis. Tidak membayar sedikitpun,” ujarnya.
Selanjutnya, ribuan kader HMI melakukan aksi tutup jalan dan membakar ban di depan gedung olahraga (GOR) Pekanbaru. Akibatnya, terjadi kemacetan panjang di jalan protokol itu.
Tidak hanya itu, ribuan anggota HMI itu juga merusak fasilitas umum. Kaca gedung GOR Gelanggang Remaja pecah di lempari batu, begitu juga pagar, dan lampu taman dirusak. Ribuan mahasiswa itu mengamuk menuntut disediakan penginapan dan akomodasi.
ARIEF HIDAYAT