TEMPO.CO, Jakarta - Tempo Institute akan menggelar program “Lawatan 5 Kota - Peta Kaum Muda Indonesia” yang berlangsung mulai hari ini, Selasa, 24 November, sampai 4 Desember 2015. Program ini bertujuan merekam gagasan, mimpi, dan kerisauan anak muda saat ini.
Lima kota yang menjadi tujuan lawatan adalah Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, dan Denpasar. “Ini baru langkah awal. Semoga tahun depan kita bisa berkeliling ke lebih banyak wilayah Indonesia,” kata Moses David Runtunewe, ketua panitia.
Baca Juga:
Joshua JFlow Matulessy (penyanyi hip hop), Kartika Jahja (vokalis band Tika & The Dissidents), Rocky Gerung (dosen filsafat Universitas Indonesia), dan Robertus Robet (Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pendidikan Demokrasi) turut hadir berkeliling ke lima kota itu. Wartawan Tempo, antara lain Arif Zulkifli (Pemimpin Redaksi Majalah Tempo), Daru Priyambodo (Pemimpin Redaksi Koran Tempo), M. Taufiqurohman (wartawan senior), dan Widiarsi Agustina juga turut berkeliling.
Program ini bermula dari adanya kesenjangan generasi yang terasa kian lebar dengan perkembangan Internet dan teknologi digital. Generasi milenial, yang lahir di atas tahun 1980, disebut memiliki karakter berbeda dibanding generasi sebelumnya.
Bila generasi sebelumnya dibesarkan pada era TVRI, generasi milenial tumbuh di tengah kepungan ratusan kanal televisi, ratusan portal berita yang menyajikan informasi hiburan, sampai jual-beli barang bekas. Path, Instagram, Line, Vine, YouTube, Facebook, dan Twitter membuat generasi milenial terhubung dengan warga dunia, setiap saat, di mana saja berada. Tak ada lagi batas negara.
Di dunia yang semakin tanpa batas, kesenjangan generasi terasa makin lebar. Hasilnya adalah kegagapan dalam berbagai program yang berusaha menjangkau kaum muda. “Berbagai lembaga sibuk dengan program Revolusi Mental, tapi isinya ceramah satu arah yang membosankan,” kata Mardiyah Chamim, Direktur Tempo Institute.
Karena itu, Lawatan 5 Kota - Peta Kaum Muda, yang bekerja sama dengan Tempo Institute Indonesia dan FES (Frederich Ebert Stiftung), adalah ajakan bagi orang muda untuk mengenali diri. Ini langkah penting karena Indonesia akan menyambut masa bonus demografi ketika sebagian besar populasinya adalah anak muda.
Bonus demografi bisa menjadi berkah, mendatangkan kemakmuran bagi negara bila orang mudanya mencapai potensi optimal. Sebaliknya, bonus demografi adalah beban dan bencana jika orang mudanya terpuruk kehilangan potensi. “Menjadi berkah atau bencana, keputusan ada di tangan kita semua,” ujar Mardiyah.
Acara ini tidak dipungut biaya. Namun, karena tempat terbatas, calon peserta diminta mendaftar di bit.ly/lawatan5kota.
WDA