TEMPO.CO, Pekanbaru - Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam cabang se-Jawa Timur menilai kericuhan pada pembukaan Kongres HMI, Ahad, 22 November 2015, disebabkan sejumlah delegasi dari cabang tidak bisa masuk dalam ruang kongres. Sejumlah delegasi dari cabang-cabang ini dianggap sebagai rombongan liar meski secara administratif memenuhi syarat sebagai peserta.
"Ketidakberesan administratif yang berujung pada carut-marutnya kongres dikarenakan ketidaksiapan panitia nasional dan panitia lokal absen dalam tanggung jawab," kecam mereka, seperti yang dikutip dalam siaran pers dari para ketua umum cabang se-Jawa Timur, yang beredar di media massa, Senin, 23 November 2015.
Pernyataan ini disampaikan Ketua HMI Cabang Jember, Ketua HMI Cabang Malang, Ketua HMI Cabang Banyuwangi, Ketua HMI Cabang Banyuwangi, Ketua HMI Cabang Sumenep, Ketua HMI Cabang Tulung Agung, Ketua HMI Cabang Pamekasan, dan Ketua HMI Cabang Jombang. HMI Cabang Ponorogo, Bangkalan, Bojonegoro, Pasuruan, dan Tuban juga ikut dalam pernyataan sikap di atas.
Kongres HMI ke-29 di Pekanbaru sejak awal menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Acara yang berlangsung pada 22-26 November 2015 ini mendapat kucuran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Riau (APBD) Riau sebesar Rp 3 miliar. Sempat terjadi kericuhan yang berbuntut pada penangkapan delapan mahasiswa peserta Kongres HMI.
ALI HIDAYAT