TEMPO.CO, Bengkulu - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu mengagas dibangunnya pusat rehabilitasi harimau sumatera milik pemerintah. Pusat rehabilitasi ini diperlukan karena banyaknya harimau sumatera yang perlu diselamatkan akibat konflik dengan manusia di daerah ini.
Selama ini, pemerintah tidak punya pusat rehabilitasi harimau sumatera. Semuanya milik lembaga konservasi. “BKSDA Bengkulu telah mengajukan usul itu," kata Kepala BKSDA Provinsi Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto, Sabtu, 21 November 2015.
Baca Juga:
BKSDA mencatat, dalam dua tahun terakhir, terdapat sembilan ekor harimau sumatera yang diselamatkan akibat konflik dengan manusia. Dari sembilan ekor harimau itu, 2 ekor dikirim ke Tamling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Provinsi Lampung; 2 ekor dikirim ke Taman Safari, Cisarua, Jawa Barat; 3 ekor mati; dan 2 ekor lagi, yakni Elsa dan Giring, masih berada dalam rehabilitasi BKSDA. Kaki kanan depan Elsa terkena jerat pemburu sehingga harus diamputasi. Sedangkan Giring, harimau laki-laki, diamankan karena memangsa satu petani karet di Kabupaten Seluma.
Tidak adanya pusat rehabilitasi, ucap Anggoro, membuat BKSDA terpaksa merehabilitasi Giring dan Elsa selama tujuh bulan di kandang sempit berukuran 1,5 x 1,5 meter. Akibatnya, kedua harimau mengalami luka di sekujur tubuh. Keduanya segera dipindahkan ke kandang yang lebih besar di Pusat Latihan Gajah (PLG), Sebelat, Kabupaten Bengkulu Utara.
Lokasi yang ditawarkan untuk pusat rehabilitasi adalah PLG, Sebelat, tempat Giring dan Elsa dirawat saat ini. PLG memiliki luas 7.735 hektare dengan kondisi yang cukup representatif sebagai tempat rehabilitasi harimau yang dapat berdampingan dengan gajah.
Sedangkan jenis rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah pembibitan, yang hasilnya akan dilepasliarkan ke alam bebas atau untuk kepentingan keilmuan. Pusat rehabilitasi juga akan melatih harimau yang bermasalah agar dapat beradaptasi dengan lingkungan liar.
"Rehabilitasi jenis kedua ini yang memang agak mahal, mengingat perlakuannya cukup rumit,” tuturnya. Namun, dengan dokter, pelatih, dan kondisi yang dimiliki PLG, ia optimistis usulan dapat dipertimbangkan pemerintah.
PHESI ESTER JULIKAWATI