TEMPO.CO, Semarang - Usia sepuh tak menghalangi Sunardi ikut aksi jalan kaki sepanjang 122 kilometer. Kakek 75 tahun ini sejak Ahad malam lalu ikut berjalan bersama sekitar 200 warga lain yang menolak pendirian pabrik semen di Pati. Mereka berjalan kaki dari Pati ke Semarang untuk mengawal sidang Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang dengan agenda pembacaan putusan yang akan digelar hari ini, Selasa, 17 November 2015.
Sunardi, yang merupakan warga Sukolilo, Pati, mengaku tak ada persiapan khusus sebelum melakukan perjalanan jauh. ”Fisik saya masih kuat. Sehari-hari saya juga bekerja mencangkul,” kata Sunardi dalam bahasa Jawa.
Untuk ke Semarang, Sunardi yang memakai sandal jepit membawa uang saku Rp 100 ribu. Uang hasil menjual beras itu untuk jaga-jaga jika sewaktu-waktu butuh membeli sesuatu. Namun, sejak berjalan dari Pati hingga Semarang, uang itu masih ia simpan. Sebab, untuk makan dan minum sudah ada yang menyediakan.
Sebelum berangkat jalan kaki, Sunardi bersama 200 kawannya hanya melakukan ritual lamporan. Dengan membawa obor, mereka mengusir roh-roh halus yang dikhawatirkan bisa mengganggu perjalanan. ”Ini hanya ritual,” ujar Darto, warga lain.
Pria sepuh lain yang ikut berjalan kaki adalah Sungeb. Kakek 70 tahun ini sangat khawatir pabrik semen akan menggusur lahan pertaniannya. ”Kalau tanah saya digusur, terus saya mau kerja apa? Umur saya sudah 70 tahun,” tutur Sungep.
Tak hanya pria, ada juga ibu-ibu yang ikut berjalan kaki Pati-Semarang. Misalnya, Miati yang berusia 59. ”Saya bisa kuat jalan kaki karena sejak awal saya tulus ikhlas agar pabrik semen tidak ada,” ucap Miati.
Selama berjalan Pati-Semarang, peserta aksi jalan kaki itu hanya beristirahat di empat tempat, yakni di Undaan (Kudus), Kadilangu (Demak), Sayung (Demak), dan Museum Ronggowarsito Semarang. Hingga pukul 09.00 hari ini, warga pejalan kaki masih duduk-duduk di depan Museum Ronggowarsito, sambil sarapan nasi bungkus. Mereka masih menunggu kedatangan rombongan lain. Setelah ini, mereka akan melanjutkan perjalanan menuju kantor PTUN Semarang yang masih berjarak sekitar 5 kilometer.
ROFIUDDIN