TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh ringkih Martiti, 99 tahun, lekas beranjak dari bahu jalan ketika lampu lalu lintas di perempatan Jalan Saparua, Kota Bandung, berubah merah. Dengan langkah sangat lambat, ia menghampiri kendaraan yang antre di hadapannya. Lalu dijulurkan tangannya, berharap kebaikan pengendara menjatuhkan recehan ke telapak tangannya.
Tak banyak kendaraan yang bisa ia hampiri. Punggungnya yang sudah sangat bungkuk seakan menjadi beban untuk ia bergerak lincah. Dalam sekali lampu merah, ia hanya mampu menghampiri satu-dua mobil. Kadang-kadang, ada pengemudi yang berbaik hati menghampiri Martiti dengan menyodorkan uang receh.
"Sudah 99 tahun, hampir 100 umur mah," ujar Martiti dengan suara yang sangat pelan saat Tempo hampiri, Senin, 16 November 2015.
Garis wajahnya sangat kasar dan penuh lipatan, giginya sudah mulai rontok, serta ketika berbicara, suaranya sangat pelan. Dengan tampilan seperti itu, para pengendara yang berhenti di lampu merah tampak berempati.
Lokasi mengemis Martiti berada di kawasan pusat Kota Bandung, hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari Balai Kota Bandung--kantor Pemerintah Kota Bandung. Dan hanya berjarak kurang-lebih 50 meter dari Markas Besar Komando Daerah Militer III Siliwangi. Tepat di hadapan lokasi Martiti mengemis, terpampang spanduk bertulisan "Bersama Rakyat TNI Kuat".
Sendal jepit lusuh seakan menjadi saksi kegigihan nenek Martiti untuk mengais rezeki. Ia mengaku sudah dua bulan mengemis di perempatan Saparua dan berangkat seorang diri dari rumahnya di kawasan Kiaracondong, Bandung. Diperkirakan, jarak antara rumah Martiti dan lokasi mengemis sekitar 6 kilometer.
"Pake angkot kuning. Kalau pulang juga. Nanti turun di kantor polisi," ujar nenek yang murah senyum ini. "Berangkat dari rumah jam 2. Pulang jam segini (saat itu tepat pukul 15.00)."
Kepada Tempo, Martiti mengaku mengemis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun ia enggan menyebutkan penghasilannya dalam sehari.
Kendati demikian, ia tidak hidup sebatang kara. Ia mengaku masih memiliki dua anak. Anak paling bontot tinggal seatap dengan Martiti. Sedangkan yang paling tua sudah berkeluarga dan memilki 5 anak.
Martiti mengaku ketahanan tubuhnya di usia yang sudah sangat senja itu diturunkan dari ibunya. Ia mengatakan ibunya meninggal pada usia lebih dari 100 tahun. "Sehat aja. Ini mah turunan ibu," ujarnya.
IQBAL T LAZUARDI S