TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengajak komunitas internasional meningkatkan kerja sama mengatasi krisis pengungsi dan pemberantasan terorisme. Hal itu disampaikan Jokowi saat working dinner session KTT G-20 yang membahas masalah terorisme dan krisis pengungsi di Turki. "Diperlukan pendekatan terpadu yang mengharuskan negara-negara bersatu serta mengesampingkan perbedaan politik untuk menghadapi ekstremisme dan terorisme," kata Presiden Jokowi di Antalya, Turki, seperti dilansir Tim Komunikasi Presiden, Senin, 16 November 2015.
Menurut Jokowi, kerja sama internasional yang kuat untuk mengatasi terorisme merupakan suatu keharusan. Indonesia, ucap Jokowi, siap bekerja sama dengan masyarakat internasional dalam menghadapi ekstremisme dan terorisme.
Sebagai negara dengan demokrasi ketiga terbesar serta berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia, ujar Jokowi, telah menunjukkan Islam, demokrasi, dan kemajemukan bisa berjalan beriringan. Indonesia siap berbagi pendekatan yang telah dilakukan dengan komunitas internasional.
Jokowi menjelaskan, selama ini, Indonesia menerapkan kombinasi pendekatan hard approach yang mengedepankan penegakan hukum dan keamanan serta soft approach dengan menggunakan pendekatan kebudayaan dan agama dalam upaya mengatasi ekstremisme di Indonesia. "Ini merupakan tantangan yang perlu ditindaklanjuti dan disikapi bersama melalui tindakan konkret," tutur Jokowi.
KTT G-20 yang dilaksanakan di Antalya, Turki, bertema "Ensuring Inclusive and Robust Growth through Colletive Action". Setelah mengikuti KTT G-20, Jokowi langsung kembali ke Indonesia pada Senin malam ini. Sejumlah menteri yang mendampingi Jokowi ke Turki adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.
ANANDA TERESIA