TEMPO.CO, Jakarta - Para petani di wilayah Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, siap mengganti ratusan hektare tanaman sawit menjadi tanaman hutan yang menghasilkan buah lewat program kemitraan pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
Ketua Kelompok Tani Suaka Lestari Desa Bukitmakmur, Kecamatan Penarik, Kabupaten Mukomuko, Suroso, Jumat, 13 November 2015, mengatakan 25 anggota kelompoknya yang selama ini menanam sawit di Hutan Produksi Air Dikit akan beralih ke tanaman hutan yang menghasilkan buah. "Penggantian jenis komoditas ini secara bertahap dan kami memilih tiga komoditas pengganti, yakni karet, jengkol, dan pala," katanya.
Suroso mengatakan para petani antusias untuk terlibat dalam program kemitraan pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang dikelola lembaga Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Lewat program ini, masyarakat yang selama ini menggantungkan perekonomian dari kawasan hutan dimungkinkan mengelola kawasan hutan dengan syarat mengganti jenis tanaman sawit ke tanaman lain yang menghasilkan buah. "Kami memilih tiga jenis tanaman itu karena sudah terbukti tumbuh subur di wilayah ini," ucapnya.
Koordinator pendamping lapangan program "Community Based Forest Management" (CBFM) atau Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat dari Yayasan Genesis Bengkulu, Delvi Indriadi, di Bengkulu mengatakan ada 250 keluarga yang akan mengelola 500 hektare kawasan hutan yang terlibat dalam program itu."Program ini untuk memperkuat tata kelola hutan yang adil dan lestari yang dicanangkan pemerintah lewat Dirjen Perhutanan Sosial dan animo petani sangat tinggi," katanya.
Yayasan Genesis merupakan fasilitator program pola kemitraan pengelolaan hutan antara petani dan KPH di dua desa, yakni Desa Bukitmakmur, Kecamatan Penarik, dan Desa Lubuk Selandak, Kecamatan Teramang Jaya, Kabupaten Mukomuko. "Hasil akhirnya adalah masyarakat akan mendapatkan legalitas mengelola kawasan hutan untuk perekonomian mereka," ucapnya.
Menurut dia, sasaran program tersebut adalah masyarakat yang menggantungkan perekonomian dari kawasan hutan. Wilayah hutan yang dikelola ratusan keluarga tersebut adalah Hutan Produksi (HP) Air Dikit dan HPT Teramang dengan luas masing-masing 2.730 hektare dan 4.854 hektare.
ANTARA