TEMPO.CO, Semarang - Dekan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, Benny Riyanto, menyatakan pelarangan diskusi tentang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) karena Lembaga Pers Mahasiswa Gema Keadilan sebagai panitia menyalahi prosedur perizinan yang berlaku di kampusnya.
Menurut Benny, semua kegiatan mahasiswa yang digelar di lingkungan Universitas Diponegoro harus mengurus izin terlebih dulu di dekanat. “Standar ada SOP (standard operating procedure). Silakan ajukan izin. Kami teliti baru didisposisi, karena juga terkait dengan peminjaman tempat dan lain-lain,” kata Benny kepada Tempo, Jumat, 13 November 2015.
Benny menegaskan, tema yang bakal didiskusikan mahasiswa juga dikaji secara bersama-sama. Kini polemik pembatalan acara diskusi LGBT sudah muncul ke publik. Benny berujar, itu merupakan dampak kesalahan mahasiswa yang tak tahu prosedur. Menurut dia, saat hendak menggelar diskusi tentang LGBT, mereka menentukan tema sendiri lalu diumumkan ke publik. Mereka juga ekspose ke media sosial.
Benny membantah jika diskusi #Ngopi ini sudah berlangsung lima kali. “Itu tidak ada sudah lima kali diskusi,” tutur Benny. Benny menyatakan izin dari dekanat tidak diperlukan jika kegiatan mahasiswa dilaksanakan di luar kampus.
Soal tema LGBT, Benny belum mau berkomentar. “Kami belum bicara substansi tema. Soal prosedurnya saja sudah keliru. Saya belum liat proposal acuan diskusinya karena mahasiswa tidak lapor,” katanya.
Pemimpin Umum LPM Gema Keadilan Febri Tuanto memastikan acara diskusi #Ngopi (ngobrol pintar) sudah berlangsung lima kali. “Dari lima diskusi yang diselenggarakan sebelumnya, #Ngopi1, 2, 3, 4, 5 tidak pernah ada permasalahan prosedural terkait dengan program ini,” ucap Febri. Apalagi, ujar Febri, acara diskusi ini juga terbilang skalanya kecil. Kini, saat temanya tentang LGBT, justru dekanat mempersoalkan soal prosedur.
Pada Selasa lalu, Tempo sempat diundang menjadi pembicara dalam #Ngopi5. Saat itu temanya tentang masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia dan mahasiswa yang hadir sekitar 25 orang. Acara dibuat santai karena narasumber berdialog dengan moderator. Yang lebih asyik, sebelum acara diskusi dimulai, ada seremonial minum kopi secara bersama-sama. “Ngopi, ngobrol pintar,” kata para peserta secara serempak sambil menyeruput kopi.
ROFIUDDIN