TEMPO.CO, Klaten - Badan Penanggulangan Bencana Klaten akan mendirikan sejumlah posko siaga bencana di sejumlah kecamatan yang termasuk dalam zona rawan selama musim hujan. “Di antaranya Kecamatan Gantiwarno, Cawas, Bayat, dan Manisrenggo,” kata Kepala Pelaksana BPBD Klaten Bambang Jarwo, Rabu, 11 November 2015.
Menurut dia, pendirian posko itu untuk mempercepat proses penanganan ketika terjadi bencana, seperti puting beliung, banjir, dan tanah longsor. Para relawan dan sejumlah petugas BPBD Klaten berjaga di posko itu, juga mengawal masyarakat sekitar.
Saat ini BPBD Klaten menjalin koordinasi dengan sejumlah kecamatan untuk menentukan lokasi pendirian posko siaga bencana di wilayah masing-masing. Posko itu akan beroperasi sampai Maret 2016, sesuai prakiraan berakhirnya musim hujan. “Terserah di mana lokasinya, yang penting komunikasi bisa lancar,” ujar Bambang.
Baru beberapa hari diguyur hujan, BPBD Klaten telah menerima dua laporan bencana puting beliung pada Selasa sore lalu. Pertama, robohnya bekas gudang mebel di Desa Sajen, Kecamatan Trucuk. Kedua, pohon tumbang di depan kantor BRI Manisrenggo.
Robohnya tembok gudang sepanjang 60 meter dan tinggi 7 meter itu menimpa sebuah truk dan sepeda motor yang diparkir di dekatnya. Menurut Camat Trucuk Bambang Haryoko, peristiwa ini tidak menimbulkan korban jiwa. “Trucuk termasuk daerah langganan puting beliung. Kami sudah mengimbau warga memangkasi ranting pohon besar,” tuturnya.
Menurut data ancaman bencana selama musim hujan 2015-2016 yang dilansir BPBD Klaten, ada sekitar seratus keluarga di empat kecamatan yang terancam bencana tanah longsor. Pertama, sebagian warga di Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, yang berbatasan dengan Bukit Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.
Kedua, sebagian warga di Desa Burikan, Kecamatan Cawas, yang permukimannya berbatasan dengan Bukit Putih, Gunungkidul. Terakhir, sebagian warga Desa Sekarbolo, Kecamatan Wedi, dan sebagian warga Desa Krikilan, Kecamatan Bayat, yang berbatasan dengan bukit Jabalkat.
Ihwal ancaman banjir, ada 26 daerah aliran sungai dari Bengawan Solo, Sungai Dengkeng, dan anak Sungai Dengkeng di Klaten, yang kondisinya kritis. Diperkirakan ada sekitar 11 ribu warga dari 94 desa di 11 kecamatan yang berpotensi terdampak bencana banjir, yaitu Cawas, Bayat, Ceper, Gantiwarno, Prambanan, Karangdowo, Jogonalan, Kalikotes, Pedan, Trucuk, dan Wedi.
Kepala Seksi Logistik dan Kedaruratan BPBD Klaten Eko Pambudi mengatakan telah menyusun kontijensi (strategi atau pedoman penanganan darurat) banjir serta menyiapkan sejumlah relawan, yang tergabung dalam 40 kelompok. “Kami juga menyiapkan dua perahu karet, tiga mesin pompa air, satu truk, 300 bronjong, dan 13 ribu karung untuk membuat tanggul darurat,” ucapnya.
DINDA LEO LISTY