TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Amanat Nasional Azis Subekti mengatakan, sudah saatnya Indonesia memberikan penghargaan dan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden RI-2 Soeharto dan RI-4 Gusdur, atas perjuangan mereka di era pemerintahan masing-masing.
Menurut Azis, terlepas dari kekurangan dan kesalahan mereka, sebagai bangsa besar yang perlu diingat adalah kebaikan-kebaikan mereka. "Jadi, menurut saya, siapapun yang pernah berjuang untuk negeri ini nggak papa lah kita beri gelar pahlawan," kata Azis kepada Tempo, pada Selasa, 10 November 2015.
Menurut Azis, banyak rekam jejak yang dilakukan Soeharto dan Gusdur di masa pemerintahannya. Soeharto, menurut Azis adalah seorang negarawan yang mampu meletakkan dasar-dasar dan sendi ekonomi sebagai fondasi pembangunan nasional. "Pak Harto itu juga besar jasanya. Pada awal tahun 67 itu luar biasa. Ada Repelita (rencana pembangunan lima tahun), ada Trilogi Pembangunan, itu luar biasa," ujar ketua DPP PAN ini.
Selain itu, menurut Azis, Soeharto dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dapat menjadi contoh di era pemerintahan yang sekarang. "Fondasi itu tinggal mana yang baik, diperbaiki, sudah cukup sebenarnya," katanya.
Abdurrachman Wahid atau Gusdur menurut Azis layak untuk disebut pahlawan karena kontribusinya dalam menyatukan pluralisme dan perbedaan di Indonesia. Ia juga adalah orang pertama yang membuka keran kebebasan di Indonesia dimana kebebasan itu menyangkut segala aspek, seperti berpendapat, berkeyakinan, dan sebagainya.
"Pak Gusdur itu dalam konteks Nasional membuka keran kebebasan itu luar biasa. Meski ada yang kontra, Gusdur sebagai tokoh pluralis bisa melakukan itu meski tidak mudah, bahkan dicaci maki," ujar Azis.
Sebab itu, menurut Azis, keduanya layak diberi gelar pahlawan. Pemberian gelar tersebut, kata Azis, juga dapat digunakan dalam hal pendidikan kepada generasi penerus bangsa agar kebaikannya dapat dijadikan teladan.
"Karena itu, pendidikan bagi generasi penerus berikutnya kan. Anak sekarang kan nggak tahu siapa Pak Harto. Nanti mungkin cucu saya nggak tahu siapa Pak Gusdur. Kalau jadi Pahlawan kan bisa diingat," ujar Azis.
DESTRIANITA K