TEMPO.CO, Surabaya - Presiden Joko Widodo mengatakan tantangan sejarah bangsa saat ini adalah penguatan fondasi pembangunan. Fondasi itu adalah perubahan ke arah Indonesia secara menyeluruh, bukan hanya Jawa sentris. Perubahan, kata Presiden, seharusnya ke arah penghargaan hak asasi manusia, memerangi korupsi, pemberantasan kemiskinan serta perubahan ke arah kebebasan berpendapat yang konstruktif dan merajut persatuan nasional.
"Bukan perubahan dengan cara menghasut konflik dan menciptakan histeria publik," kata Jokowi saat berpidato di lapangan Tugu Pahlawan Surabaya, Selasa, 10 November 2015. Jokowi percaya pengorbanan tanpa pamrih adalah napas hidup bangsa. "Baik sebagai guru, sopir, nelayan, penegak hukum, petani, buruh, mahasiswa, dan lain-lain."
Dengan jiwa kepahlawanan itu, kata Jokowi, dalam pidatonya, Indonesia memiliki pahlawan-pahlawan baru yang berjuang untuk bangsa dan negara di kehidupannya masing-masing. Presiden mengajak semua elemen bangsa untuk tetap optimis, berkeyakinan kuat, merajut persatuan, dan membangun kemajuan bangsa agar Indonesia tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
"Agar kita tak lelah mencintai Indonesia, ingat dengan keringat darah, pahlawan membuka jalan bagi kita. Saatnya kita bersatu padu untuk perubahan membangun bangsa, mandiri, berdaulat, dan berkepribadian," kata dia.
Dalam pidato peringatan Hari Pahlawan Nasional, Jokowi menyinggung peristiwa 70 tahun lalu, saat para pejuang tak gentar bertempur di Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo. Para pejuang datang dari seluruh pelosok Tanah Air, yang di antaranya berasal dari Maluku, Sulawesi, Bali, Kalimantan, Aceh, Tapanuli, hingga Ambon.
"Seluruh pemuda Indonesia bersatu dengan arek-arek Surabaya. Mereka bertempur dalam salah satu medan pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi nasional Indonesia," kata dia.
Atas perjuangan tersebut, pemerintah memperingati 10 November sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang pengorbanan dan pengabdian para pahlawan. Semangat kepahlawanan itu, kata Jokowi, harus diwarisi generasi saat ini dengan membangun bangsa yang berdaulat dan mandiri. Jokowi mengingatkan pesan Bung Tomo.
"Sepanjang kita masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapa pun juga," kata dia menirukan pidato Bung Tomo.
ALI HIDAYAT