TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pusat Vulknologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Edi Prasodjo mengatakan, lembaganya meminta sejumlah daerah yang sudah mengalami hujan agar mewaspadai longsor. Mulai hujan biasanya tanah longsor, apalagi sehabis El-nino, hujan pertama biasanya gede,” kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 9 Oktober 2015.
Edi mengatakan, lembaganya setiap memasuki awal bulan mengirimi semua daerah peta potensi rawan gerakan tanah di wialyahn masing-masing. Di dalam peta itu ada beberapa kategori dareah yang potensi gerakan tananya rendah, menengah-tinggi, hingga tinggi. “Daerah-daerah yang rawan itu sudah tersampaikan dalam peta itu agar menjadi perhatian,” kata dia.
Menurut Edi, lembaganya menyusun peta potensi gerakan tanah itu mengacu data perkiraan potensi hujan yang diterima dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). “Kalau dari hujannya belum merata, data hujan itu kami terima dari BMKG. Kalau kami memberikan data kegeologian yang menjadi acuan,” kata dia.
Edi mengatakan, sejumlah daerah di Indonesia dimintanya waspada dampak langsung hujan yang mulai turun, yang berpotensi menimbulkan longsor. “Yang berpotensi itu kebanyakan di Jawa yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, baru setelah itu Sumatera Barat,” kata dia.
Menurut Edi daerah yang disebutnya itu memiliki data historis terjadinay gerakan tanah yang relatif tinggi. “Dari historis gerakan tanah, atau longsor tertinggi itu pertama di Jawa Barat, kedua Jawa Tengah, Jawa Timur, setelah itu Sumatera,” kata dia.
Bencana longsor sudah dilaporkan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia sejak Oktober lalu. Edi mengatakan, sementara yang terbanyak melaporkan terjadinya bencana longsor hingga Oktober kemarin Jawa Tengah, disusul Jawa Barat. Di awal Oktober ini, sudah ada beberapa daerah yang meminta agar PVMBG memeriksa potensi gerakan tanahnya karena kekhawatiran longsor.
Edi mengatakan, potensi bencana longsor tidak melulu disumbangkan faktor geologi suatu wilaya. Dia meminta sejumlah daerah yang belum lama ini terpapar gemba bumi juga mewaspadai kemungkinan bencana longsor saat hujan deras. “Gempa bumi juga menjadi titik perhatian kita. Gempa itu menyebabkan permukaan tanah bergetar, bencana susulannay bisa longsor,” kata dia.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas 1 Bandung Ani Hanifah mengatakan, lembaganya masih menunggu data perhitungan curah hujan yang masuk hingga beberapa pekan ke depan untuk memastikan masuknya musim hujan di tiap daerah. “Satu daerah sudah memasuki awal musim hujan kalau setiap dasarian (sepulu hari) intensitas hujannya rata-rata sudah lebih dari 50 milimeter, diikuti dua dasarian berikutnya di atas 50 milimeter,” kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 9 November 2015.
Ani mencontohkan, di sejumlah daerah di Bandung Raya misalnya hujan sudah mulai turun nyaris setiap hari dalam beberapa hari terkahir. Pada pencatatan intensitas di pos pemantauan hujan BMKG di Bandung Raya misalnya, intensitas hujan yang tercatat kemarin tertinggi di wilayah Soeang Kabupaten Bandung yang seharinya bisa menembus 101 milimeter, disusul wilayah Lembang 93 milimeter. “Intensitasnya sudah melebihi 50 milimeter, tapi kita belum bisa katakan itu awal musim hujan. Kita harus melihat dulu dasarian berikutnya,” kata dia.
Kendati demikian, BMKG mengingatkan potensi cuaca ekstrim terjadi saat peralihan musim dari kemarau menuju musim hujan. “Bisa terjadi angin kencang dan hujan lebat,” kata Ani. Dia mengingatkan ancaman potensi longsor justru terjadi saat hujan lebat, apalagi setelah dipapar kemarau panjang.
Menurut Ani, setiap daerah di Jawa Barat berbeda waktunya untuk awal masuk musim hujannya. Pantauan BMKG misalnya, mayoritas daerah di Jawa Barat bagian selatan dan tengah sudah melaporkan terjadinya hujan nyaris setiap hari dengan intensitas ringan hingga sedang. Sementara di Jawa Barat bagian utara baru memasuki peralihan musim menuju awal musim hujan.
Ani mengatakan, potensi bencana banjir mengancam sejumlah daerah di Jawa Barat saat nanti memasuki musim hujan. “Saat ini ‘warning’ banjir belum terlalu, masih lemah untuk November ini. Mungkin bulan berikutnya ada warning untuk potensi banjir,” kata dia.
Sejak awal bulan ini, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengingatkan potensi bencana banjir dan longsor di wilayahnya. “Alhamdulillah hujan yang diminta datang juga, mudah-mudahan sebagaimana kekeringan kita meminta jangan jadi marabahaya. Oleh karena Jawa Barat rawang longsor, maka waspada juga menghadapi musim hujan yang akan segera datang,” kata dia di Bandung, 2 November 2015.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan mengulangi peringatannya agar semua daerah waspada memasuki musim hujan ini. Dia beralasan, sejumlah infrastruktur yang dipersiapkan untuk mengurangi potensi banjir belum siap. “Pendekatan struktural yang kita lakukan di Citarum misalnya, belum optimal. Sungai sudah dikeruk besar-besaran dengan dana masif pemerintah tahun 2011, banjir relatif kecil tahun 2012 dan 2013, tapi tahun lalu muncul lagi,” kata dia, Sabtu, 7 November 2015, dalam rilis yang diterima Tempo. Kondisi serupa juga terjadi di sejumlah sungai di Jawa Barat yang menjadi sumber potensi banjir.
AHMAD FIKRI