Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bung Tomo: Pekik Allahu Akbar, Sukarno, dan Mahasiswi Nakal

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Pimpinan Redaksi Panjebar Semangat, Moechtar (90) menceritakan pengalamanya saat bertemu Bung Tomo, di Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Pimpinan Redaksi Panjebar Semangat, Moechtar (90) menceritakan pengalamanya saat bertemu Bung Tomo, di Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Iklan
Ketika peristiwa 10 November 1945 pecah, Moechtar telah kembali ke Yogya untuk melanjutkan sekolah.  Di Yogyakarta, situasi juga tidak aman. Ia balik ke Pacitan. Setelah Class Action II yang berakhir, pada tahun 1950,  Moechtar  hijrah ke Surabaya ikut saudaranya yang tinggal di Surabaya.  Kebetulan ketika perang masih berkecamuk di Surabaya, sejumlah saudaranya mengungsi dengan cara balik ke kampung halaman di Pacitan. Setelah situasi tenang, mereka kembali ke Surabaya.

Moechtar bersama rombongan keluarga besarnya, pergi ke Surabaya dengan naik kapal milik Belanda dari Pacitan dan mendarat di Surabaya. “Kami mengitari setengah pulau Jawa dari selatan Jawa menuju pelabuhan di utara Pulau Jawa, di Surabaya,” kata Moechtar.

Semula, Moechtar berniat menjadi guru. Sebuah profesi yang menurut dia terhormat dan berwibawa. Tapi, tawaran menjadi guru ketika itu tidak untuk penempatan di Surabaya, tetapi di Bondowoso. Moechtar menolak tawaran itu, dan memilih bertahan di Surabaya. Ia bersama saudaranya sempat tinggal di Pasar Besar Wetan, di Surabaya. Kini, tidak jauh dari Tugu Pahlawan Surabaya.

Lewat interaksi dan perkenalan dengan sejumlah orang di Surabaya, pada tahun 1951 Moechtar menjadi wartawan untuk media bernama Harian Umum. Ia bekerja di media ini hingga tahun 1968. Ketika menjadi wartawan inilah, Moechtar kenal dengan Bung Tomo. Perkenalan pertama Moechtar dengan Bung Tomo terjadi pada tahun 1950, ketika wartawan Surabaya melakukan liputan mewawancarai tokoh di Tugu Pahlawan Surabaya.  Wawancara itu di lapangan terbuka. Moechtar tidak ingat persis ketika itu sedang wawancara apa, dan siapa tokoh itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melalui Asmanu, kolega sesama wartawan di Surabaya, Moechtar diperkenalkan ke Bung Tomo. Semula, ia mengenal Bung Tomo dari suaranya saja. Karena kesamaan profesi, Moechtar kenal langsung dengan Bung Tomo. Kesan pertama Moechtar melihat dan kenalan dengan Bung Tomo adalah, ternyata Bung Tomo berbadan kecil tapi tubuhnya padat. Ia tak menduga orang yang di radio terdengar bersuara gagah dan menggelora, ternyata secara fisik tubuhnya kecil. Bung Tomo, kata Moechtar, adalah tipe orang yang ramah dan hangat.  “Sejak itu, dalam beberapa kesempatan, saya bertemu Bung Tomo,” kata Moechtar.

Selanjutnya: Mengkritik Soeharto, Sukarno, dan Mahasiswi Nakal

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

7 hari lalu

Komponis Ismail Marzuki. Wikipedia
Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?


Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

20 hari lalu

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.


Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Seniman monolog Butet Kartaredjasa menanggapi pelaporan dirinya ke polisi oleh relawan Presiden Jokowi. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru


Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

John Lie.
Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?


Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

1 Desember 2023

Lafran Pane. wikipedia.com
Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

Lafran Pane merupakan pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Film Lafran tayang pada Februari 2024. Berikut biografinya.


Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

1 Desember 2023

Film Lafran. Facebook
Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

Film Lafran dibintangi Dimas Anggara sebagai Lafran Pane akan tayang pada Februari 2024. Siapa dia, apa hubungannya dengan HMI?


Profil Prof Mochtar Kusumaatmadja, Belum Juga Ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional

13 November 2023

Suasana Jalan Layang Prof Mochtar Kusumaatmadja di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 1 Maret 2022. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Profil Prof Mochtar Kusumaatmadja, Belum Juga Ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional

Prof Mochtar Kusumaatmadja beberapa tahun terakhir diusulkan menjadi pahlawan nasional. Jasanya sangat besar sebagai konseptor Deklarasi Djuanda.


47 Pahlawan Nasional Ditetapkan Jokowi Sejak 2014, Termasuk Kakek Anies Baswedan hingga Ratu Kalinyamat

13 November 2023

Presiden Jokowi berjabat tangan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat pemberian gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 8 November 2018. Salah satu di antaranya adalah kakek dari Anies Baswedan, Abdurrahman Baswedan. TEMPO/Subekti.
47 Pahlawan Nasional Ditetapkan Jokowi Sejak 2014, Termasuk Kakek Anies Baswedan hingga Ratu Kalinyamat

Siapa saja pahlawan nasional yang ditetapkan pemerintah Jokowi sejak 2014? Berikut daftar 47 tokoh pahlawan nasional, termasuk kakek Anies Baswedan.


Pahlawan Nasional Ida Dewa Agung Jambe, Teladan Raja Klungkung Kobarkan Perang Puputan 1908

12 November 2023

Ida Dewa Agung Jambe merupakan Raja Klungkung kedua. Ia gugur saat melawan Belanda dalam perang puputan pada 28 April 1908. Peristiwa itu dikenang sebagai Hari Puputan Klungkung dan Hari Ulang Tahun Kota Semarapura, ibu kota Kabupaten Klungkung.  Foto: Istimewa
Pahlawan Nasional Ida Dewa Agung Jambe, Teladan Raja Klungkung Kobarkan Perang Puputan 1908

Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe dari Bali dianugerahi gelar pahlawan nasional. Tak mau tunduk Belanda, ia kobarkan perang Puputan Klungkung 1908.


Profil 6 Pahlawan Nasional dari Ida Dewa Agung Jambe hingga Ratu Kalinyamat

12 November 2023

Ida Dewa Agung Jambe merupakan Raja Klungkung kedua. Ia gugur saat melawan Belanda dalam perang puputan pada 28 April 1908. Peristiwa itu dikenang sebagai Hari Puputan Klungkung dan Hari Ulang Tahun Kota Semarapura, ibu kota Kabupaten Klungkung.  Foto: Istimewa
Profil 6 Pahlawan Nasional dari Ida Dewa Agung Jambe hingga Ratu Kalinyamat

Jokowi anugerahkan gelar pahlawan nasional untuk 6 tokoh antara lain Ida Dewa Agung Jambe (Bali) hingga Ratu Kalinyamat (Jawa Tengah). Ini profilnya.