TEMPO.CO, Kupang - Bencana kekeringan berkepanjangan yang melanda wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebabkan ratusan warga Timor Tengah Selatan (TTS) harus berebutan air bersih dengan ternak. Hampir seluruh sumber air mulai mengering.
Bahkan untuk mendapatkan air bersih, warga Desa Siso, Kecamatan Mollo Selatan, harus menyusuri jalan yang cukup jauh. Mereka harus berjalan kaki sambil menenteng jeriken ukuran lima liter untuk mengambil air di kali sekitar 7 kilometer dari kampung tersebut.
Warga pun harus lebih pagi menuju ke sumber air tersebut jika ingin mendapatkan air bersih. Bila tidak, air dari kali itu telah di konsumsi ternak sapi sehingga kotor dan tak layak dikonsumsi.
"Kami membuat lubang jebakan untuk mengambil air bersih. Namun tidak terlalu diharapkan karena jika telat, air itu pun telah diminum terlebih dahulu oleh sapi," kata warga setempat, Wilhelmina Ndaong, kepada wartawan, Senin, 9 November 2015.
Dia mengaku, untuk mendapatkan air bersih, ia bersama sejumlah warga harus rela berjalan kaki sejauh 5-7 kilometer. Namun jika air resapan yang dibuat warga telah habis diminum ternak, warga terpaksa pulang dengan jeriken kosong. "Pernah pulang dengan jeriken kosong," katanya.
Asisten I Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara, Epi Tahun, mengatakan berdasarkan hasil identifikasi pemerintah daerah, terdapat 24 desa di 13 kecamatan yang mengalami krisis air bersih. "Kami masih terus mendata jumlah desa dan kecamatan yang mengalami krisis air bersih," ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal ini, menurut Epi, pemerintah daerah telah memberikan bantuan air bersih ke desa- desa yang dilanda kekeringan. "Kami siap mobil tangki untuk drop air bersih ke desa- desa yang dilanda kekeringan," katanya.
Selain itu, menurut Epi, pemerintah juga telah menyiapkan dana untuk pengadaan fiber yang akan ditempatkan di setiap desa yang dilanda kekeringan guna membantu kebutuhan air bersih masyarakat. "Sudah ada langkah emergency untuk membantu warga yang krisis air."
YOHANES SEO