TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis sekaligus pengacara Nursyahbani Katjasungkana banyak menerima nasihat agar berhitung soal pengamanan dirinya menjelang keberangkatannya ke Den Haag, Belanda untuk mengikuti International People Tribunal kasus 1965. Sidang pengadilan rakyat itu akan digelar pada 10-13 November mendatang.
Nursyahbani sudah pasrah jika ditanya soal ancaman kematian, seperti halnya ia akan bernasib seperti Munir, aktivis kemanusiaan yang meninggal di dalam pesawat. “Nyawa itu ada di tangan Tuhan,” kata Nursyahbani kepada Tempo, Rabu, 4 November 2015.
Mengaku tak mendapat tekanan dari siapapun saat mempersiapkan misinya sebagai Koordinator, Nursyahbani hanya merasa beberapa kali dikritik atau dicela melalui tulisan pada media sosial pribadinya.
Ia pun disarankan oleh teman-temannya agar tidak belanja di dalam pesawat dan membawa makanan sendiri dari rumah. Nur mengaku akan mempertimbangkannya. Namun, salah satu tindakan yang dilakukan timnya adalah berangkat dengan penerbangan yang berbeda. “Untuk keselamatan, tim kami tidak berangkat bersama dari Indonesia,” katanya.
SIMAK: Tribunal Tragedi 1965 Digelar di Belanda, Perlukah Indonesia Minta Maaf?
Nursyahbani berangkat bersama pengacara kondang Todung Mulya Lubis untuk menghadiri sidang International People's Tribunal terkait tragedi 1965. Mereka akan melawan pemerintah Indonesia di hadapan 7 orang hakim dan 6 jaksa dari mancanegara.
Tim dari Nur pun berencana akan mengundang 16 orang saksi, termasuk saksi ahli, untuk mengisahkan tentang tragedi yang telah banyak menghabisi nyawa manusia yang dicap anggota Partai Komunis Indonesia.
Para saksi, kata Nur, adalah orang Indonesia yang beberapa tinggal di Indonesia, dan beberapa lagi tinggal di luar Indonesia karena diasingkan akibat dari tragedi bersejarah itu. Dalam misinya, Nur berharap agar pemerintah mengakui kesalahannya dengan meminta maaf kepada keluarga eks Partai Komunis Indonesia.
MITRA TARIGAN
BACA JUGA:
100 Relawan Siapkan Tribunal Tragedi 1965 di Den Haag
Di Bareskrim Nama Saya Budi Waseso, BNN Jadi Bambang...'