TEMPO.CO, Bandung - Tinggal di gang sempit di tengah-tengah kota bukan berarti tidak bisa berkebun. Asa ada kemauan pasti ada jalan. Warga RT 05 RW 01, Kelurahan Caringin, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung contohnya. Setiap hari, mereka bisa menikmati sayuran-sayuran segar langsung dari pohon.
Warga di lokasi tersebut tidak menggunakan tanah lebar untuk menanam sayuran, melainkan tembok tinggi sepanjang 15 meter yang selama ini menjadi pembatas gang. Yoyo Waryono, 56 tahun, salah satu warga yang menjadi penggagas kebun sayur gantung ini mengatakan, modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. "Modalnya cuma Rp 350.000. Swadaya masyarakat saja," ujar Yoyo saat ditemui Tempo di Kantor Kecamatan Bandung Kulon, Kamis 5 November 2015.
Dari pengamatan Tempo, ada berbagai jenis sayuran yang ditanam di kebun sayur gantung tersebut. Diantaranya adalah terong, caisim, terong, cabe besar, cabe rawit, tomat, hingga kol. Mereka berkembang di dalam ember bekas, paralon ataupun botol bekas minuman yang diletakan di atas rak di tembok gang. "Disiram tiga kali sehari. Jam 06.00 WIB, 14.00 WIB dan jam 21.00 WIB. Digilir saja yang mau nyiram," tutur Yoyo.
Empat bulan berjalan sejak pembibitan, kebun sayur gantung ini menarik minat warga lainnya di kelurahan Caringin. Bahkan, sayuran tersebut dikonsumsi pula oleh warga lainnya di luar RW 05. "Silahkan saja, siapa saja boleh ngambil," sambungnya.
Warna-warni sayuran yang tumbuh di gang sempit tersebut ternyata menarik hati Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Saat blusukan ke Kecamatan Bandung Kulon, orang nomor satu di Kota Bandung ini memuji kemauan warga untuk menghijaukan lingkungan meski terbatas oleh luas lahan. "Ini bagus kayak gini pak Camat," kata Ridwan Kamil sambil mengambil gambar melalui ponselnya.
Ridwan Kamil meminta kepada Camat Bandung Kulon merangsang warga yang tinggal di gang sempit agar mau membuat kebun sayur gantung yang serupa dengan warga RT 05. "Dalam proses memperbaiki kampung ternyata bisa tanpa lahan. Lihat saja terongnya nempel-nempel di tembok. Saya sudah perintahkan kecamatan ini harus jadi program unggulan Bandung Kulon," katanya.
Sementara itu, di Kabupaten Bandung Barat, sejumlah petani di Kecamatan Lembang merayakan panen tomat dengan menggelar ritual. Ratusan warga kampung Kareumbi, Desa Cikidang Kecamatan Lembang, menggelar ritual Ngaruat Bumi dengan melakukan perang tomat.
Kegiatan itu dilakukan sebagai bentuk syukur sekaligus tolak bala. Kegiatan berlangsung selama 3 hari yaitu pada 2-4 November 2015. Selain diikuti warga sekitar, sejumlah seniman Sunda ikut pula bergabung.
"Acara ini sebagai bentuk menolak bala, atau menjauhkan kita dari hal-hal buruk yang bisa membuat rasa iri dengki dari apa yang sudah kita terima. Disini juga sekaligus bersyukur atas apa yang sudah kita terima dari bumi. Makanya semua atribut yang dipakai oleh pemain perang tomat itu buatas sendiri" ujar Abah Nanu, seniman dan Budayawan Sunda, Rabu, 4 November 2015
Dalam perang tomat ini, sebanyak 2 ton tomat busuk dipersiapakan warga setempat. Jumlah itu turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 6 ton tomat. Kemarau membuat hasil panen merosot.
PUTRA PRIMA PERDANA | DWI RENJANI