TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Herdiman Theodorus Pohan, 67 tahun, mengakui menerima duit dari perusahaan farmasi PT Interbat. Bahkan dokter Spesialis Penyakit Dalam ini mengatakan sudah lama menerima baik uang maupun fasilitas lainnya dari Interbat.
"Saya dapat penghasilan tambahan misalnya saya resep obat, dapat potongan, apotek itu dapat potongan. Nah karena apoteknya dapat potongan, potongannya dikasih ke saya," kata Herdiman, Oktober lalu.
Apotek yang dimaksud Herdiman berada di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Apotek tersebut milik Herdiman yang dibuat atas kerja sama dengan temannya.
Sesuai temuan Tim Investigasi Majalah Tempo, Herdiman merupakan salah satu dari 2.125 dokter yang menerima uang atau sejumlah fasilitas dari Interbat dalam kurun waktu tiga tahun, 2013-2015. Sesuai catatan keuangan Interbat yang diperoleh Tempo, dokter tersebut tersebar di lima provinsi, yaitu Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Makassar.
Temuan media ini, dokter menerima uang dan fasilitas tersebut sebagai bentuk kerja sama dengan Interbat. Timbal baliknya, dokter akan meresepkan obat-obat produksi Interbat dalam periode waktu tertentu, misalnya satu tahun.
Adapun Herdiman berkali-kali menerima uang dari Interbat. Misalnya, pada 2015, ia tercatat menerima Rp 1,4 miliar dalam 15 kali transaksi. Lalu pada 2014 ia menerima Rp 678 juta, dan pada 2013 ia menerima Rp 332 juta.
Direktur Utama Interbat Noto Sukamto menolak permintaan wawancara Tempo. Dia meminta pengacaranya, Pieter Talaway, menjawab pertanyaan tim investigasi Tempo. Ditemui di kantornya di Surabaya, Jumat dua pekan lalu, Pieter membantah Interbat menyuap dokter agar dokter meresepkan obat-obat produksi Interbat. “Dokter itu bukan orang bodoh. Mereka tunduk terhadap kode etik. Mereka tahu obat mana yang baik, dan itu yang dipakai. Komisi untuk para dokter itu nonsense,” ujar Pieter. (Baca: Diduga Suap Ribuan Dokter, Begini Jawaban Interbat)
TIM INVESTIGASI