TEMPO.CO, Tasikmalaya - Balai Kemitraan dan Pelatihan Tenaga Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat bekerja sama dengan Indonesian Bamboo Community (IBC) menggelar pelatihan terhadap 40 perajin bambu dari 12 kota dan kabupaten di Jawa Barat di Hotel Crown, Kota Tasikmalaya. Para perajin bambu dilatih cara membuat alat musik dari bambu. Alat musik yang dibuat saat pelatihan di antaranya, biola, gitar elektrik, gitar akustik, dan gitar bas.
Pegawai Balai Kemitraan dan Pelatihan Tenaga SDM, Soni, mengatakan ada peluang bagus dalam produksi alat musik dari bambu. Dinas Pariwisata kemudian menggandeng IBC, yang sudah mendapat banyak pengakuan dari luar negeri, untuk melatih perajin yang sebelumnya belum pernah membuat alat musik dari bambu. "Kita membidik pasar luar negeri," ucapnya saat ditemui di Hotel Crown, Kamis, 5 November 2015.
Menurut Soni, perkakas dapur dari bambu sudah banyak dibuat. Namun lain halnya dengan alat musik dari bambu. "Ini jarang, sehingga banyak yang minat. Ada peluang di sana," ujarnya.
Bicara soal bambu, menurut Soni, dari akar sampai ujung batangnya bermanfaat. "Bambu bisa sebagai alat musik, kuliner, perkakas, dan cendera mata," tuturnya.
Dengan pelatihan ini, diharapkan di Jawa Barat banyak SDM yang mahir membuat alat musik dari bambu.
Ketua IBC Adang Muhidin berharap adanya pelatihan ini bisa memunculkan perajin baru yang bisa membuat alat musik dari bambu. "Kita di IBC sangat kurang SDM. Pesanan banyak tapi SDM kurang," katanya.
Adang berujar, ide awal pembuatan alat musik dari bambu adalah Indonesia tak bisa lepas dari bambu. Menurut dia, setiap orang, dari lahir hingga meninggal, tak lepas dari bambu. "Perjuangan (kemerdekaan) juga dengan bambu," ucapnya.
Sejak saat itu, Adang mencoba membuat alat musik dari bambu. Sekarang alat musik buatan perajin IBC ini sudah diuji Institut Teknologi Bandung. "Sudah dites. Hasilnya laik pakai," tuturnya.
Sampai sekarang, IBC telah menjual alat musik dari bambu ke 12 negara, di antaranya Meksiko, Prancis, Belgia, Yunani, Jepang, Malaysia, Belanda, dan Kolombia. Namun sayangnya, alat musik tersebut belum diminati pasar dalam negeri.
"Kalau dalam negeri, baru tujuh orang yang membeli alat musik ini. Iwan Fals, Fadli Zon, Menteri Perdagangan sudah membeli," kata Adang.
CANDRA NUGRAHA