TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Seksi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Barat (BPBD NTB) Agung Pramudya meminta Pemerintah Kabupaten Lombok Utara siaga tanggap darurat. Menurut dia, ada 13 desa di Lombok Utara yang harus dipantau terkait dengan dampak letusan anak Gunung Rinjani, yakni Gunung Barujari, sejak Selasa, 3 November 2015.
"’Karena mereka berpotensi terkena dampak debu," ucap Agung, Rabu, 4 November 2015. Agung menambahkan, pihaknya telah siap menyalurkan 2.000 masker untuk warga di seputaran gunung tertinggi kedua di Indonesia itu.
Agung juga menjelaskan, letusan kembali terdengar dari dalam kawah gunung itu pada pukul 02.45 Wita. Letusan diikuti asap dan debu yang membubung hingga ketinggian 3.800 meter di atas permukaan laut dan gempa dengan amplitudo 40 milimeter. "Terus-menerus terjadinya," ujarnya.
Mertawi, guru di sekolah dasar di Sembalun Lawang di kaki Rinjani sebelah timur, mengatakan warga setempat belum terkena dampak letusan itu. "Masyarakat sudah terbiasa," ujarnya.
Ramedi, warga Dusun Lendang Luar, Desa Sembalun, bahkan mengaku mendengar letusan gunung tersebut. "Tapi asapnya terhalang badan gunung. Jadi tidak kelihatan," tuturnya.
Sejauh ini dampak letusan telah menggangu jadwal penerbangan pesawat udara. Bandara Ngurah Rai di Denpasar dan Blimbingsari di Banyuwangi bahkan diputuskan ditutup sepanjang hari ini.
SUPRIYANTHO KHAFID