Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kata Goenawan Mohamad : Frankfurt Book Fair Proyek Sekali Seumur Hidup  

image-gnews
Jenifer Lindsay, penerjemah dari Australia, Peter Schoppert, Direktur Singapore University Press dan Goenawan Mohamad dalam peluncuran buku terbarunya Faith Writing di Frankfurt Book Fair 2015.
Jenifer Lindsay, penerjemah dari Australia, Peter Schoppert, Direktur Singapore University Press dan Goenawan Mohamad dalam peluncuran buku terbarunya Faith Writing di Frankfurt Book Fair 2015.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Indonesia tahun ditunjuk sebagai Ehrengast atau The Guest of Honour alias Tamu Kehormatan dalam Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 yang digelar sukses pada Oktober lalu.  Sebuah pencapaian yang layak dicatat, apalagi Indonesia hanya memiliki waktu persiapan selama dua tahun—bandingkan dengan negara lain yang butuh 5-8 tahun. Sebagai Tamu Kehormatan, Indonesia mengusung tema "17.000 Islands of Imagination".

Budayawan Goenawan Mohamad, Ketua Komite Nasional untuk FBF 2015 punya banyak cerita soal persiapan Frankfurt Book Fair. Goenawan menggantikan Agus Maryono yang sudah bekerja sejak 2013, tapi mengundurkan diri pada tahun ini.

Persiapan yang amat singkat dan kekakuan birokrasi merupakan hal besar yang mesti diatasi Komite Nasional Frankfurt Book Fair.  Beruntung Goenawan bisa mengandalkan timnya. “Mereka kerja full time. Kami kerja tujuh hari (dalam sepekan) dan 24 jam (dalam sehari),” kata Goenawan. Berikut petikan wawancaranya dengan tim dari Koran Tempo, Ali Nur Yasin, Iqbal Muhtarom, dan Anisatul Umah di Yogyakarta, Rabu lalu.

Anda sempat tak setuju Indonesia jadi tamu kehormatan Frankfurt Book Fair?
Karena persiapannya terbatas. Saat rapat-rapat, pejabat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tak ada yang datang. Beberapa penerbit juga ragu karena kita biasanya hanya membeli copyright dan bukan menjual. Waktu itu saya bilang, berikan saja kepada Malaysia.

Lalu bagaimana sampai Anda ditunjuk jadi Ketua Komite Nasional?
Pada 2013 saya diminta wakil presiden saat itu, Pak Boediono, ikut rapat pembentukan Komite Nasional. Pada tahun itu, baru ditandatangani MoU dengan Direktur Frankfurt Book Fair. Kita hanya punya waktu dua tahun untuk persiapan. Saat itu Ketua Komite Nasional-nya adalah Pak Agus Maryono, insinyur lulusan Jerman yang ahli tentang sungai. Saya mengatakan  tak mau jadi ketua, juga tak mau menjadi Ketua Komite Buku. Kenapa? Karena saya pengarang, nanti pasti dianggap mementingkan diri sendiri. Saya hanya minta menteri-menteri tidak usah dilibatkan dalam Komite. Tim ini dibentuk untuk membantu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi ini adalah proyek Kementerian.

Kapan Anda ditunjuk menggantikan Pak Agus Maryono?
Pada 2015 Mas Agus mundur dari Ketua Komite dan minta saya menggantikan dia. Menteri Pendidikan Anies Baswedan yang menandatangani karena sudah ada pergantian kabinet. Kami bekerja tanpa anggaran, jadi pakai anggaran rutin dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Apa saja yang disiapkan oleh tim Anda?
Ada road map, namanya Jalan Menuju Frankfurt. Pertama, Indonesia harus tampil di Leipzig, sebuah pameran buku terbesar kedua di Jerman. Saat itu kami mendatangkan Ahmad Tohari. Waktu itu buku Laksmi Pamuntjak (Amba) sudah disebarkan. Lalu ada sedikit pertunjukan, kuliner, dan galeri. Setelah itu, ikut pameran buku anak-anak. Lalu ikut pameran buku di London. Itu semua harus dilakukan demi mempromosikan Indonesia. Semua dalam waktu sangat singkat dan butuh biaya untuk menyewa tempat, mendatangkan orang, bikin katalog, bikin acara. Nah, setelah itu, kami mulai persiapan ke Frankfurt.

Kabarnya anda sempat marah karena anggaran susah cair?
Karena memang pemerintah tak ada uang pada Januari-Februari 2015. Untuk penerjemahan, pemerintah hanya menganggarkan Rp 150 ribu per halaman, padahal tarif internasional Rp 480 ribu per halaman. Ya, enggak ada yang mau. Penerjemah dari Jerman banyak yang mengundurkan diri. Kita ini ibarat mau beli Mercedes tapi pakai harga Kijang. Bahasa Indonesia tidak dikenal. Penerjemah bahasa Indonesia yang bagus tak sampai 40 orang, padahal waktunya sudah mepet dan penerjemahan sastra itu perlu waktu setidaknya satu tahun. Strategi kita berbeda dengan Cina. Mereka menulis sendiri, kemudian diterbitkan sendiri. Tetapi, kalau caranya begitu, buku kita tidak akan laku, karena enggak ada promosi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Jadi Menteri, Anies Baswedan tak bisa ubah anggaran lebih cepat cair? Dia kan baru menjabat, sementara program sudah jalan. Jadi memang tidak bisa diubah. Anggarannya sudah ditetapkan di masa Menteri Muhammad Nuh. Aturan pemerintah dan birokrasi (dalam pencairan anggaran) masih kaku. Misalnya, kita menyewa tim public relations. Mereka berbulan-bulan belum dibayar sampai kami mau diancam—tapi belum sampai disomasi. Untung bisa dibujuk.

Berapa totalnya?
Tahun 2014, bujetnya sekitar Rp 147 miliar. Pemerintah yang menetapkan anggarannya. Jadi, bukan kami yang mengajukan. Program yang kami susun menyesuaikan dengan bujet pemerintah.

Tak mencari sponsor?
Waktu itu saya mau cari sponsor, tapi dibilang jangan. Sebenarnya tidak perlu sponsor memang, kalau pembayarannya lancar. Saya terpaksa nombokin. Saya juga minta bantuan teman-teman untuk nombokin.

 Berapa biaya untuk sewa paviliun?
Sekitar Rp 19 miliar, tapi ini proyek sekali seumur hidup. Ini ibarat kita ikut Olimpiade. Saya bersyukur menjadi bagian dari sejarah ini.

BACA LANJUTANNYA:
Kata Goenawan Mohamad : Mengapa Banyak Cerita 1965 di Frankfurt Book Fair

TIM TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

17 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

22 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

23 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

48 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

48 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

55 hari lalu

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.