TEMPO.CO, Malang - Wakil Presiden Jusuf Kalla prihatin dengan kecamuk konflik bersenjata di Timur Tengah yang tak kunjung berakhir. Sebab, perang saudara itu telah memicu eksodus besar-besaran warganya ke negara-negara lain, terutama Eropa.
"Tragis, umat Islam meninggalkan negaranya dan hijrah ke negara nonmuslim," kata Kalla saat meresmikan Gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma), Sabtu, 31 Oktober 2015.
Umat Islam, kata dia, mulai tidak betah tinggal di negerinya sendiri. Padahal, pada zaman dulu, negara-negara yang kini dilanda konflik tersebut merupakan sumber peradaban Islam. Namun, setelah terjadi konflik, warganya mulai mengungsi ke negara lain. "Yaman, Libya, Nigeria, Mesir, dan Afganistan mulai ditinggalkan," ujarnya.
Menurut Kalla, untuk meredam konflik, salah satu kuncinya adalah negara harus makmur dan berbuat adil kepada warganya. Konflik, kata dia, selain dipicu ketidakadilan, umumnya juga karena kemiskinan. Kemiskinan akan bertambah parah bila negara tersebut tetap tak mau menghentikan konflik.
Kemiskinan dan ketidakadilan, ujar Kalla, juga menjadi lahan subur timbulnya paham radikalisme. Benih-benih radikalisme di Indonesia mulai ada di Poso, Aceh, dan Ambon. Mereka berafiliasi dengan organisasi terorisme internasional, seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Al-Qaeda.
Karena itu, Kalla berharap perguruan tinggi bisa menjadi tempat menempa perilaku manusia menjadi lebih baik. Menurut dia, Jawa Timur menjadi salah satu kantong pendidikan yang baik sehingga sering menjadi rujukan provinsi lain.
Ketua Yayasan Pendidikan Unisma KH Tolhah Hasan menuturkan kampusnya bisa disebut sebagai miniatur toleransi. Sebab, meski berbasis pendidikan Islam, sejumlah mahasiswa nonmuslim juga kuliah di Unisma.
"Unisma menjadi kampus multikultural," tuturnya. "Karakter pendidikan keindonesiaan, keislaman, dan cendekiawan diberikan kepada mahasiswa untuk menanamkan nilai nasionalisme."
EKO WIDIANTO