TEMPO.CO, Malang – Mahasiswa di Malang, Jawa Timur, mempertanyakan komitmen pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam merawat keberagaman. Sampai sekarang, menurut mereka, kasus kekerasan menyangkut keyakinan, suku, dan golongan masih terjadi di sejumlah daerah.
Seperti pembakaran masjid di Tolikara, perusakan gereja di Aceh Singkil, penutupan tempat ibadah, dan pelarangan ritual keagamaan. Ini merupakan tindakan intoleransi yang belum bisa diatasi.
"Padahal dalam program Nawacita ada komitmen menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada semua warga negara," ucap Kasim Adam, koordinator aksi yang akan digelar di depan kampus Universitas Islam Malang (Unisma), Sabtu 31 Oktober 2015.
Aksi itu sengaja digelar untuk menyambut kedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Unisma. Kalla akan menerima penghargaan Unisma Award sebagai tokoh perdamaian dan toleransi berkat jasanya dalam usaha perdamaian si Aceh dan Poso. Kalla juga meresmikan tiang pancang pembangunan gedung pascasarjana dan rumah susun sewa untuk mahasiswa.
Mahasiswa khawatir aksi kekerasan rakyat sipil oleh aparat negara dan militer semakin marak. Apalagi kini bermunculan gerakan kelompok masyarakat yang tak menghargai pluralisme dan cenderung bersikap intoleran. "Mana janji memperteguh kebinekaan yang dituangkan dalam Nawacita," ujarnya.
Mereka menuntut agar negara hadir untuk memberikan rasa aman kepada rakyat. Mereka juga meminta Kalla mengeluarkan strategi untuk membendung ideologi yang mengancam Pancasila.
EKO WIDIANTO