TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia menganggap pemerintah tak mau belajar terkait dengan penanganan kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap di beberapa wilayah, seperti Kalimantan dan Sumatera. Padahal kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia selalu terulang setiap tahun selama 18 tahun terakhir.
"Kebakaran hutan di Indonesia sudah 18 tahun, tapi pemerintah belum juga bisa menanganinya," ujar anggota Forest Political Campaigner Greenpeace Indonesia, Muhammad Teguh Surya, Kamis, 30 Oktober 2015.
Teguh menuturkan masalah kebakaran hutan di Indonesia sudah terjadi sejak 1997. Namun hingga 2015, meskipun titik api semakin banyak, penanganannya masih sama seperti sebelumnya. "Sumber masalahnya meluas, tapi upaya penanganannya sama, yaitu water bombing dan hujan buatan. Tapi selama 18 tahun upaya itu gagal," kata Teguh.
Menurut Teguh, hingga saat ini, belum ada terobosan baru dari pemerintah dalam mengatasi kebakaran hutan dan kabut asap. Adapun Presiden Joko Widodo pernah memakai sistem sekat kanal pada akhir November lalu. Menurut Teguh, upaya tersebut berhasil diterapkan di Sungai Tohor, Riau.
Namun cara ini belum diterapkan di daerah lain. "Tidak ada perintah spesifik dari Presiden untuk memperluas upaya baru tersebut," ucap Teguh. Jadi hanya wilayah sekitar Sungai Tohor yang tidak terbakar. Sedangkan wilayah lain tetap terbakar.
Teguh berujar, selain penanganan, dibutuhkan konservasi atau pencegahan agar kejadian ini tidak berulang. "Februari tahun depan merupakan eskalasi kebakaran hutan dilihat dari titik apinya dalam lima tahun terakhir. Siapkah negara ini menghadapi bencana itu?" tutur Teguh.
ARIEF HIDAYAT