Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kabut Asap, Ini Penyebab Kebakaran Hutan Versi SBY  

image-gnews
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi salam sebelum keberangkatannya menuju Portugal, Jepang dan Amerika Serikat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, 18 September 2014. TEMPO/Subekti.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi salam sebelum keberangkatannya menuju Portugal, Jepang dan Amerika Serikat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, 18 September 2014. TEMPO/Subekti.
Iklan

TEMPO.CO, Padang - Presiden RI periode 2004-2014, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan kebakaran hutan terjadi lagi tahun ini. Salah satunya adalah perilaku sebagian kecil masyarakat yang tidak bertanggung jawab, yakni bertindak membakar hutan dan lahan.

Selain itu, ada beberapa perusahaan yang melanggar undang-undang dan tidak memelihara lingkungan dengan membakar hutan untuk kepentingan bisnis. "Itu masih terjadi," ujarnya Rabu, 28 Oktober 2015.

Faktor ketiga, kata SBY, kurang pedulinya pejabat. Padahal, kata SBY, di negeri ini ada banyak pejabat. Misalnya di daerah, ada kepala desa hingga gubernur. Di jajaran kepolisian, ada kapolsek hingga kapolda. Juga ada TNI, dari anggota Babinsa sampai Pangdam. Belum lagi tokoh masyarakat, adat, dan sebagainya.

"Kalau seluruhnya sangat peduli, bersiaga, dan kalau ada benih kebakaran, segera diatasi dengan cepat dan responsif, mungkin kebakaran tidak akan meluas," ujarnya.

SBY mempertanyakan respons pemerintah daerah dan pusat setelah kebakaran terjadi. Termasuk  pengerahan peralatan, manusia, teknologi, dan anggaran. "Apakah sudah baik atau masih setengah-setengah," katanya.

SBY  juga menyinggung  penegak hukum yang kurang tegas. "Jika penegak hukum tidak tebang pilih, pelaku tak akan semudah itu membakar hutan dan lahan," kata dia.

SBY mempertanyakan undang-undang dan peraturan pemerintah atau peraturan daerah cukup keras untuk mengatur pembakaran hutan dan lahan. Kalau tidak tegas, kata SBY, wajar bencana ini terulang kembali.

Terakhir, para pemimpin daerah hingga pusat tidak cekatan. "Kalau para pemimpin cekatan dan bertanggung  jawab, kita tak akan seperti ini," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

SBY mengatakan, jika faktor-faktor ini diperbaiki secara bersama dengan menjaga hutan dan menegakkan hukum, kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Apalagi, saat ini, dunia mengatakan kebakaran hutan dan asap di Indonesia yang terburuk di tengah upaya mengurangi dampak perubahan iklim. "Malu kita kepada diri sendiri dan malu kepada dunia. Karena itu, kita semua harus mengambil tindakan yang mengabaikan diri," ujar SBY.

Elnino tahun ini, menurut dia, sama dengan yang terjadi pada 1997. Elnino merupakan peristiwa alam yang tidak bisa dicegah. Seharusnya, hal itu sudah diantisipasi sebelum berdampak luas. SBY meminta semua warga Indonesia berubah dan mengubah pola hidup yang selama ini keliru sehingga menyebabkan penderitaan bagi negeri ini. "Mari kita mulai dengan mawas diri. Kita kenali mengapa terjadi kebakaran lahan dan hutan. Asap berada di mana-mana, mengganggu penerbangan, mengganggu kehidupan sehari-hari, kegiatan sekolah, kesehatan, dan keselamatan kita semua," ujarnya.

Pemerintah, kata SBY, harus berada di depan untuk mengatasi bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan. Apalagi, kebakaran hutan tahun ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah Indonesia. "Melakukan segala upaya untuk menghentikan kebakaran dan asap, pemerintah harus ada di depan dan kita harus bantu persoalan yang dihadapi anak dan orang tua. Bantuan kesehatan sangat penting," ujarnya.

SBY meminta para pemimpin  berhenti saling menyalahkan. Para pemimpin, kata dia, harus mengambil tanggung jawab dan warga juga harus ikut mengatasinya, agar Indonesia berubah ke arah yang lebih baik.

ANDRI EL FARUQI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mengenal Kampung Keling di Sumatera Barat dan Masjid Muhammadan

1 hari lalu

Masjid Muhammadan di Pasar Gadang, Kota Padang. Masjid tersebut dibangun oleh etnis India yang datang bersama tentara Inggris. TEMPO/Fachri Hamzah
Mengenal Kampung Keling di Sumatera Barat dan Masjid Muhammadan

Masjid Muhammadan didirikan oleh komunitas muslim Tamil India pada abad ke 19.


Wisata Religi Sumbar, Ada Masjid dengan Arsitektur Terbaik hingga Surau Buya Hamka

3 hari lalu

Masjid Raya Sumatera Barat. Foto : Pemkot Padang
Wisata Religi Sumbar, Ada Masjid dengan Arsitektur Terbaik hingga Surau Buya Hamka

Destinasi wisata religi di Sumbar banyak jumlahnya, antara lain Masjid Raya Sumatera Barat hingga surau tempat Buya Hamka menimba ilmu agama.


Lokasi Berburu Takjil Ramadan di Kota Padang, Ini yang Menjadi Lokasi Favorit Mahasiswa

5 hari lalu

Lemang. TEMPO/Febrianti
Lokasi Berburu Takjil Ramadan di Kota Padang, Ini yang Menjadi Lokasi Favorit Mahasiswa

Kota Padang memiliki beberapa lokasi untuk berburu takjil Ramadan, antara lain di Pasar Baru tak jauh dari Kampus Unand dan Politeknik Negeri Padang.


Binaan Pegadaian Perkuat Kolaborasi Bank Sampah di Kota Padang

14 hari lalu

Binaan Pegadaian Perkuat Kolaborasi Bank Sampah di Kota Padang

Kegiatan juga diisi dengan pelantikan pengurus FORSEPSI Kota Padang


Ribuan Warga Kota Padang Terdampak Banjir

19 hari lalu

Foto udara banjir di Nagari Kampung Galapuang, Ulakan Tapakis, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu, 7 Mei 2023. Banjir akibat curah hujan tinggi dan meluapnya sungai tersebut menyebabkan sedikitnya 150 rumah di dua korong (kampung) di nagari tersebut terendam dan ratusan warga mengungsi. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Ribuan Warga Kota Padang Terdampak Banjir

Lebih dari 8.000 warga Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat, terdampak banjir yang terjadi sejak Kamis, 7 Maret 2024, pukul 16.00 WIB.


Cerita Korban Banjir di Padang: Bantuan Belum Datang, Anak-anak Sudah Mulai Lapar

20 hari lalu

Salah satu rumah warga di kawasan Kurao Pagang, Nanggalo, Padang, Sumatera Barat (Sumbar) tergenang banjir pada Jumat (8/3/2024) pagi. ANTARA/FathulAbdi
Cerita Korban Banjir di Padang: Bantuan Belum Datang, Anak-anak Sudah Mulai Lapar

Banjir merendam sejumlah daerah di Kota Padang, Sumatra Barat sejak Kamis malam, 7 Maret 2024. Korban banjir menceritakan pengalamannya.


Dekranasda Kota Padang Berpartisipasi Dalam INACRAFT 2024

29 hari lalu

Dekranasda Kota Padang Berpartisipasi Dalam INACRAFT 2024

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Padang ikut berpartisipasi dalam pameran kerajinan International Handicraft Trade Fair atau INACRAFT 2024.


Menjadikan Padang Kota yang Bersih

32 hari lalu

Menjadikan Padang Kota yang Bersih

Program Padang Bagoro upaya untuk menggerakkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan


Tangani KJSU, RSUD Rasidin Padang Dapat Bantuan Alat Penunjang dari Kemenkes

33 hari lalu

Tangani KJSU, RSUD Rasidin Padang Dapat Bantuan Alat Penunjang dari Kemenkes

SDM di RSUD Rasidin akan dipersiapkan dalam pemantapan ilmu dan pengetahuan di bidang KJSU.


Payakumbuh Krisis Pembuangan Sampah, Puluhan Ton Tak Terangkut Setiap Harinya

36 hari lalu

Salah satu sudut Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, yang menjadi lokasi penumpukan sampah. Kota itu menghadapi krisis pengelolaan sampah sejak penutupan sementara TPA yang ada sejak  1 Januari 2024. TEMPO/Fachri Hamzah
Payakumbuh Krisis Pembuangan Sampah, Puluhan Ton Tak Terangkut Setiap Harinya

Masyarakat Kota Payakumbuh mengeluhkan sampah yang menumpuk di sudut-sudut kota.