TEMPO.CO, Surabaya - Dalam sebulan, lima hiu paus (Rhincodon typus) terjaring nelayan di pesisir Kenjeran, Surabaya. Binatang yang dikenal dengan nama hiu totol dan hiu bodoh itu semuanya mati. “Padahal hewan itu termasuk langka dan dilindungi,” kata Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Denpasar Ikram Sangadji saat ditemui, Rabu, 28 Oktober 2015.
Ikram menjelaskan, hiu paus berukuran panjang 7-8 meter. Mereka punya tabiat berkoloni di tengah samudra. Namun mereka juga suka berpencar dan sebagian berenang ke utara sepanjang September-Oktober ini.
Hiu tersebut memanfaatkan gelombang pasang untuk memburu plankton dan ikan kecil, mendekat ke arah nelayan biasa menanam jaring pada musim panen teri. “Secara tidak sengaja, hiu itu tersangkut jaring nelayan,” ucap Ikram.
Ikram mengaku telah mengumpulkan para nelayan Kenjeran pada 26 Oktober lalu bersama Dinas Perikanan dan Kelautan Surabaya. Nelayan diminta memodifikasi jaring yang biasa mereka tanam atau gunakan dengan cara menyekat untuk mencegah ikan seukuran hiu tutul ikut terjebak. “Kami memberikan solusi kepada nelayan, dan mereka sepakat,” tuturnya.
Mardiono, Ketua Kelompok Nelayan Kedung Cowek, Surabaya, mengatakan pihaknya membutuhkan sepuluh perahu untuk menarik hiu tutul yang beratnya 2 ton tersebut ke tengah laut. “Sebanyak 20 nelayan dibutuhkan untuk membantu mengangkat hiu itu,” kata Mardiono.
Selain modifikasi jaring nelayan, dia mengusulkan agar dibuatkan semacam sirene di laut. Tujuannya, hiu tutul tidak mendekat ke wilayah di mana nelayan biasa menanam jaring. “Sebab, kalau mendengar suara sirene, ikan itu pergi menjauh,” ucap Mardiono.
KURNIAWAN ARIEF
Baca juga:
Akan Dilaporkan ke KPK, Ahok Kasihani DPRD
Ahok Kepada Eggi Sudjana: Lu Kira Gampang Tangkap Saya?