TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri sedikit bercerita mengenai kehidupannya saat menyampaikan pidato dalam Seminar Nasional dan Bedah Buku Mental Pancasila Sebagai Ekspresi Semangat Sumpah Pemuda di Jakarta Convention Center, Selasa, 27 Oktober 2015. Megawati membahas beberapa hal, mulai soal peran perempuan hingga curhat karena kerap dirisak atau di-bully.
"Ibu-ibu, jadi presiden perempuan itu susah buanget, bukan banget aja, tapi buanget," ucap Mega. Celetukan ini sontak mengundang tepuk tangan para hadirin.
Meneruskan pidatonya, Megawati mengatakan perlu ada revolusi mental bagi kaum perempuan di Indonesia. Ia juga mendorong agar generasi muda bergerak ke arah yang lebih baik.
Megawati berujar, sebagai salah satu figur publik yang kerap memberikan arahan, tak jarang ia mendapat gunjingan dari pihak lain, apalagi kalau komentar yang diungkapkannya tidak sesuai. Sembari tersenyum, ia mengaku hanya bisa menertawakan hal tersebut. "Karena sering ketawa, saya jadi enggak sakit," tutur Mega.
Menurut Mega, komentarnya mengenai sejarah, apalagi yang berkaitan dengan Presiden RI pertama Sukarno, sering kali mengundang cibiran. Komentar ini sering kali disangkutpautkan dengan latar belakangnya sebagai anak Bung Karno. Padahal, menurut Mega, bukan salah dia terlahir sebagai anak Bung Karno.
Dalam pidatonya, Mega tak melulu membicarakan politik. Terkadang untuk mencairkan suasana, ia mengeluarkan lelucon yang membuat hadirin tertawa. Ia bercanda, sebagai pembicara kunci, ia seharusnya mendapat bayaran. "Saya enggak dibayar lho di sini. Harusnya kan iya. Hmm..., nanti saya bicarakan lagi," tutur Mega yang disambut tawa hadirin.
Ihwal kehidupannya, Mega mengatakan hidupnya naik-turun. Ada saatnya dipuji, ada pula saatnya jatuh. Sembari tertawa, ia hanya berujar, "Kalau saya bilang begini, nanti saya di-bully lagi."
Acara tersebut juga dihadiri beberapa tokoh publik. Di antaranya Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, mantan wakil presiden Tri Sutrisno, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, dan mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI