TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Saud Usman Nasution menyebut para pemuda saat ini rentan dirasuki ajaran radikal. Kaum muda sudah banyak terlibat dalam aksi terorisme seperti bom Bali I, bom Bali II, bom Ritz Carlton, JW Marriot, dan bom kedutaan besar Australia.
Bahkan, kini para pemuda radikal tidak hanya beroperasi di dalam negeri. Tetapi sudah merambah teror dunia internasional. Mereka berumur 18-25 tahun. "Generasi penerus bangsa ini terjebak bujuk rayu dan jadi pengacau di negeri orang," kata Saut di Yogyakarta, Selasa, 27 Oktober 2015.
Kalangan pemuda, kata dia masih berpotensi dipengaruhi kelompok radikalisme teroris. Ia mengajak para pemuda untuk anti dan tidak mendukung aksi terorisme. "Padalah jihad mereka bertentangan dengan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin," kata dia.
Upaya kelompok-kelompok radikal mencoba untuk mengubah sistem negara ini menjadi khalifah yang bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi para pemuda dalam hal ini. Yaitu faktor keturunan, pertemanan kumpul-kumpul pengajian.
Faktor yang paling marak saat ini adalah melalui media sosial yang sangat mudah diakses. Banyak para pemuda yang belajar tanpa guru. Mereka hanya membaca di Internet, padahal yang dibaca itu adalah ajaran yang radikal dan tidak sesuai dengan ajaran agama. "Yang baik dan buruk ada di Internet, bahkan cara membuat bom pun ada di situ," kata Saud.
Jika yang membaca ajaran radikal adalah pemuda yang masih dangkal ilmu agamanya, sangat berbahaya karena mempengaruhi pola pikir mereka. Maka generasi muda saat ini perlu disiapkan supaya antiterorisne. Di mana pun, terorisme berbahaya dan tidak ada manfaatnya.
Ia juga menyatakan, semua kalangan dan semua tempat termasuk kampus perguruan tinggi juga menjadi sasaran penyebar aliran radikal terorisme. Ajaran radikalisme yang mengarah ke terorisme akan memecah kesatuan bangsa.
Soal kelompok Santoso, pihaknya terus mengejar. Sebab, kelompok ini terus merekrut kaum muda untuk mengikuti ajaran radikal mereka. Kelompok Santoso ini disinyalir merupakan pengacau di Poso.
Tidak hanya itu, Poso dijadikan lokasi untuk latihan perang. Bahkan Aburrahman Al-Baghdadi, pimpinan ISIS, menganjurkan jika ingin berlatih maka disarankan ke Poso.
Pada peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, BNPT mengadakan rangkaian acara selama tiga hari untuk membekali para pemuda dalam melawan terorisme. Acara digelar di Jogja Expo Center, 28-30 Oktober 2015. Tidak hanya dialog, acara juga dilengkapi dengan kirab budaya di Malioboro dan gelar budaya nusantara di panggung Ramayana Prambanan.
MUH. SYAIFULLAH