TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Kereta Api Borneo yang akan dibangun di Kalimantan Timur bisa untuk mengangkut penumpang.
Awalnya, pembangunan rel kereta ini hanya untuk mengangkut hasil tambang, seperti batu bara dan kelapa sawit. "Sejak awal untuk infrastruktur agar Kalimantan tidak terisolasi," kata Jusuf Kalla di kantornya, Senin, 26 Oktober 2015.
Dengan adanya rel untuk penumpang, Kalla yakin harga batu bara, sawit, atau hasil kebun lain bisa meningkat. "Makanya, ada aturan yang harus diubah," ujar Kalla. Adapun, aturan yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek memastikan groundbreaking pembangunan rel Kereta Api Borneo di Kalimantan Timur akan dilaksanakan pada 17 November 2015.
Nilai investasi pembangunan rel kereta ini mencapai US$ 3,7 miliar. "Presiden sendiri yang akan melakukan groundbreaking," ujar Awang.
Investor rel kereta ini adalah Russia Railway. Selain berinvestasi untuk pembangunan rel, pihak Russia Railway juga berinvestasi untuk membangun technopark, pabrik pupuk, dan jalan tol. Total investasinya mencapai US$ 72 triliun. "Pembangunan berlangsung selama lima tahun dengan total panjang 900 kilometer," kata Awang.
Menurut Bupati Penajam, Kalimantan Timur, Yusran Apran, operator kereta api ini akan diserahkan pada Rusia. Namun ia memastikan tenaga lokal akan tetap diberdayakan.
Sebagai persiapan, daerahnya telah mengirim dua ratus mahasiswa untuk belajar di Rusia. "Nanti ketika kembali, mereka akan mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan," ujarnya. Pembangunan rel kereta api ini akan menghubungkan tiga daerah, yakni Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota Balikapapan.
TIKA PRIMANDARI