TEMPO.CO, Malang - Sebanyak empat orang tewas dan tiga lainnya kritis akibat ledakan petasan di Kelurahan Bumiayu, Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur. Ledakan itu sampai membuat satu rumah si empunya petasan rata dengan tanah, empat rumah tetangganya rusak berat karena bagian atapnya ambrol dan sejumlah rumah lainnya mengalami pecah kaca jendela.
"Kejadiannya pada Minggu malam," kata Kepala Kepolisian Resor Malang Kota, Ajun Komisaris Besar Singgamata, Senin 26 Oktober 2015.
Dia menjelaskan, korban tewas terdiri dari Yuli, Yanto, Samsul, dan M. Rizki Ferdinsah. Yang terakhir adalah bayi yang masih berusia delapan bulan. Adapun korban luka terdiri dari Huda, Bahrul Ulum, dan Solikin. Ketiganya masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun, Singgamata mengatakan, ledakan berasal dari rumah Nawardi Jalan Parseh Jaya Gang Cemondelan, RT 23, RW 5, Kelurahan Bumiayu. Ledakan diduga terpicu saat Yuli, Yanto dan Samsul--seluruhnya keponakan Nawardi--tengah meracik bubuk mesiu di ruang tengah rumah itu.
Tak diketahui secara pasti, bagaimana kemudian ledakan terjadi karena ketiganya ditemukan tewas dengan kondisi tubuh rusak dan mengalami luka bakar. Satu korban tewas lainnya, Rizki, saat ledakan terjadi sedang digendong ayahnya, Solikin, kakak ipar Nawardi, di halaman rumah. Diduga Rizki terluka akibat tertimpa material bangunan setelah ledakan.
Baca Juga:
Mesti, ibu Rizki, termasuk diantara korban yang mengalami luka berat. Nawardi sendiri sedang tak berada di rumah saat ledakan menghancurkan rumahnya dan rumah tetangganya itu. "Sejumlah material di rumah tersebut terlontar sampai 300 meter," kata Singgamat.
Sejumlah warga menyebut kalau Nawardi sering membuat petasan saat Lebaran. Sedangkan, saat ini diduga petasan digunakan untuk kelompok pengajian di Malang. "Sudah sering diingatkan dilarang membuat petasan," ujar tetangganya, Eka, yangmerasakan kuatnya getaran ledakan. "Saya kira dari gas elpiji."
EKO WIDIANTO