Dalam memanah dan lempar pisau, anggota Kokam diajarkan mengendalikan diri. Peserta yang sedang kalut atau stres dilarang ambil bagian. Seperti pagi itu, saat tiga papan sasaran panah dipasang, hanya anggota dengan emosi stabil yang bisa tepat sasaran.
"Kami juga mencetak atlet profesional dari kegiatan ini, ada tujuan olahraga juga," ujar Darojat. Misalnya anggota Kokam, Arif Fahari, asal Kabupaten Sleman, merupakan atlet panah peraih emas pada Pekan Olahraga Daerah Yogyakarta 2015.
BERITA MENARIK
Ahok: Apa Iya Saya Lecehin TNI?
Terkuak, Rusia Pernah Ingin Lumatkan London dengan Bom Atom
Dengan antusiasme anggota pada panah dan lempar pisau sebagai bagian materi bela negara, rencananya Kokam ingin melebarkan sayap dengan memasukkan materi kegiatan tersebut menjadi kegiatan intra sekolah di jejaring yayasan Muhammadiyah.
"Baru satu sekolah dari jaringan Muhammadiyah yang sudah memasukkan kegiatan lempar pisau dan memanah menjadi mata pelajaran ekstrakurikuler di sekolahnya," ujar Darojat.
Darojat mengakui, jika konsep bela negara tidak diterapkan dalam bentuk wajib militer, maka akan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Ia sangsi jika bela negara diaplikasikan dalam bentuk wajib militer, banyak penolakan warga karena dampaknya yang luas.
RISMA TERSANGKA
Ribut Risma Tersangka: 5 Hal Ini Mungkin Anda Belum Tahu
'Bu Risma Tak Salah, Malah Tersangka, Ada Apa di Balik Ini'
"Tak perlu sampai wajib militer, tapi sukarela dan melalui kerjasama TNI-elemen masyarakat," ujar Darojat yang tidak merinci apa dampak bela negara jika diaplikasi dalam bentuk wajib militer.
Mayor Denny menjelaskan, kegiatan yang digagas Kokam ini sudah masuk upaya menjadi hak dan kewajiban bela negara sesuai UUD 1945 dan undang-undang tentang Hak Asasi Manusia. "Bela negara memiliki payung hukum, diterapkan sebagai hak juga kewajiban."
PRIBADI WICAKSONO