TEMPO.CO, Palopo - Krisis air bersih akibat kemarau yang berkepanjangan melanda Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Para pelanggan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Palopo sudah dua pekan ini tidak mendapat kucuran air dari keran di rumahnya.
Salah seorang pelanggan PDAM di Perumahan Merdeka, Kelurahan Salekoe, Kecamatan Wara Timur, Hadrawi, mengeluhkan kesulitan mendapatkan air bersih.
Hadrawi membenarkan sudah dua pekan air PDAM tidak mengucur di rumahnya. Dia dan keluarganya harus mengambil air dari sumur bor guna memenuhi kebutuhan untuk memasak, mandi, dan mencuci.
Hadrawi mengkhawatirkan air sumur juga akan mengering jika musim kemarau masih terus berlangsung. Apalagi banyak warga yang menggunakan air sumur itu. "Untuk minum, kami gunakan air dari PDAM yang dibagikan secara bergilir menggunakan mobil tangki," katanya, Sabtu, 24 Oktober 2015.
Direktur PDAM Kota Palopo Yasir mengakui suplai air bersih ke pelanggan berkurang. Saat ini di Kota Palopo terdapat 27 ribu pelanggan PDAM. Namun, sekitar 20 persen di antara seluruh pelanggan itu tidak bisa mendapatkan aliran air melalui pipa di rumahnya masing-masing. “Kami harus mensuplai air kepada mereka menggunakan truk tangki,” ujarnya.
Para pelanggan, kata Yasir, mendapat suplai air dengan truk tangki secara gratis. Mereka hanya diminta menyediakan wadah untuk menampung air dalam jumlah yang dibutuhkannya.
Menurut Yasir, sumber utama air baku PDAM Kota Palopo berasal dari Sungai Mungkajang di Kelurahan Mungkajang, Kecamatan Mungkajang. Namun, sejak musim kemarau debitnya terus berkurang.
Saat ini pasokan air baku dari sungai itu menyusut hampir separuh, yakni 250 meter kubik per detik. Sedangkan dalam kondisi normal, terutama saat musim hujan bisa mencapai 410 meter kubik per detik.
Yasir menjelaskan, minimnya pasokan air dari Sungai Mungkajang mengakibatkan tiga dari tujuh instalasi pengolah air bersih milik PDAM tidak beroperasi. Produksi air bersih PDAM untuk pelanggan pun berkurang karena hanya mengandalkan air dari empat instalasi. “Jika musim kemarau tidak segera berakhir, seluruh pelanggan PDAM tidak dapat menikmati air bersih,” ucap Yasir.
Jumat kemarin, pimpinan daerah Kota Palopo bersama seluruh karyawan PDAM menggelar salat istiqsa atau salat minta hujan. Bukan hanya untuk kepentingan PDAM, tapi seluruh warga Kota Palopo.
Ritual yang dilakukan sebelum salat Jumat itu digelar di halaman Kantor PDAM yang berada dalam kawasan instalasi pengolahan air bersih di Kelurahan Mungkajang. Warga sekitar kantor PDAM juga ikut serta dalam salat itu.
Salat dipimpin Kiai Sabani, salah seorang tokoh agama di Kota Palopo. Setelah salat, Sabani menyampaikan khotbah. Ia mengimbau warga Kota Palopo bertobat dan memohon ampun. Menurutnya, bisa jadi musim kemarau yang berkepanjangan merupakan azab Tuhan. "Ayo sama-sama kita bertaubat dan memohon ampunan, semoga hujan segera turun," tuturnya.
HASWADI