TEMPO.CO, Pamekasan - Ada tradisi unik di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, untuk meminta hujan. Warga dari berbagai desa berkumpul di sebuah lapangan. Bukan untuk salat istiska, mereka berkumpul untuk bergulat. Tradisi gulat meminta hujan itu disebut tradisi okol.
Pada Jumat, 23 Oktober 2015, okol kembali digelar di sebuah tanah lapang di Desa Plakpak, Kecamatan Pagantenan, Kabupaten Pamekasan. Rosidi, anggota panitia gelaran okol, mengatakan para peserta gulat dipilih secara acak dari kalangan penonton.
"Harus laki-laki dan postur tubuhnya sama," ucap Rosidi kepada Tempo, Jumat, 23 Oktober 2015.
Setelah masuk arena, kedua peserta saling berpegangan tangan dengan posisi kuda-kuda kemudian saling mendorong. Menurut Rosidi, peserta yang jatuh lebih dahulu--ditandai dengan adanya debu di punggung-- dinyatakan kalah. Namun, bila peserta jatuh miring, dianggap draw.
"Yang menang diberi hadiah kaus," ujar Rosidi.
Agar tidak muncul dendam, tutur Rosidi, seusai pertandingan, para peserta langsung diminta bersalaman. Sebab, selain sebagai tradisi meminta hujan, okol merupakan ajang silaturahmi warga antardesa.
"Setiap tahun digelar, agar lestari," katanya.
Rosidi berujar, tradisi ini konon bermula pada perkelahian warga saat memperebutkan air bersih. Beberapa hari setelahnya, hujan turun di lokasi perkelahian.
MUSTHOFA BISRI
Baca juga:
Dewie Limpo Terjerat Suap: Inilah 7 Fakta Mencengangkan
Skandal Suap: Terkuak, Ini Cara Dewie Limpo Bujuk Menteri