TEMPO.CO, Jakarta - Suryanto, warga Jalan Imam Bonjol, Kota Blitar, Jawa Timur, meyakini satu jasad pendaki Gunung Lawu yang hangus terbakar dan masih dalam proses identifikasi DNA adalah putranya, Aris Munandar, 25 tahun. Keyakinan itu didapat dari informasi yang dihimpun dari teman-teman putranya, yang juga menjadi korban kebakaran di Gunung Lawu.
“Cerita teman-temannya yang selamat dalam pendakian meyakinkan saya jika itu Aris,” kata Suryanto di rumahnya di Jalan Imam Bonjol, Kota Blitar, Rabu petang, 21 Oktober 2015.
Suryanto telah diundang petugas medis dari Polda Jawa Timur untuk mengidentifikasi jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah DR Suyadiman Magetan. Menurut Suryanto, kondisi anaknya sangat mengenaskan dengan tubuh hangus terbakar.
Berdasarkan kisah teman-temannya yang selamat, Aris sempat berfoto selfie sebelum api menyambar tubuhnya. “Saya tak tega melihat kondisi jenazahnya,” katanya.
Suryanto mengisahkan Aris Munandar memang dikenal menyukai kegiatan mendaki gunung sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Berulangkali, putra sulung pasangan Suryanto dan Adelin Simolang ini menaklukkan gunung berbahaya dan selamat.
Kebiasaan itu terus dilakukan hingga dia bekerja di suatu perusahaan di Jakarta. “Pendakian di Gunung Lawu juga dilakukan dengan teman kantornya,” kata Suryanto.
Di antara enam korban tewas lainnya yang sudah teridentifikasi dan sudah dievakuasi dari Puncak Lawu, memang ada dua warga Jakarta. Mereka adalah Joko Prayitno, 31 tahun, warga Jalan Asia Baru, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat; dan Kartni, 29 tahun, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Seluruhnya ada sembilan rombongan pendaki dari Jakarta dalam rombongan Joko dan Aris. Mereka berangkat pada Jumat malam, 16 Oktober 2015. Kesembilan orang itu melalui Pos Cemoro Kandang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, keesokan harinya.
Nur, satu di antara anggota rombongan i yang selamat, mengatakan setelah mencapai puncak gunung, ia dan tiga orang temannya memilih beristirahat di Pos V. Sedangkan, Joko Prayitno, Aris Munandar, dan empat anggota rombongan bermaksud turun lebih dulu.
Saat berada di sekitar pos III dan IV, api yang berkobar membakar tubuh tujuh pendaki yang tengah berjalan di jalur pendakian. "Saya tidak tahu kejadiannya karena saya sakit dan beristirahat di Pos V,’’ ucap perempuan berhijab tersebut.
HARI TRI WASONO