TEMPO.CO, Surabaya-Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengaku terkejut kala mendengar kabar bahwa Kepala Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Mayor Jenderal Purnawirawan Sunarso meninggal dunia. Kabar tersebut diterima Basuki melalui pesan yang dikirim oleh kenalannya, Rabu pagi, 21 Oktober 2015.
"Padahal dua hari Senin dan Selasa beliau masih bertemu saya," kata Basuki di sela-sela upacara pemakaman Sunarso secara militer di Taman Makam Pahlawan Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, Rabu siang.
Menurut Basuki pada Senin dan Selasa Sunarso rapat bersama dia untuk menyusun Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2016. Rapat penyusunan anggaran tersebut diadakan bersama dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. "Anggaran APBN 2016 itu juga termasuk anggaran untuk BPLS tahun depan," katanya.
Basuki mengenang mantan Panglima Daerah Militer Diponegoro itu sebagai sosok yang tegas dan selalu dapat menyelesaikan permasalahan yang dibebankan kepadanya. Sunarso ingin selalu menyelesaikan tanggung jawabnya tersebut tanpa melibatkan atasannya.
Tradisi seperti itu, kata Basuki, acap dilaksanakan di lingkungan militer. "Almarhum selalu berpendapat bahwa masalah pekerjaan harus bisa diselesaikan sendiri, jangan sampai ke atasan," katanya.
Basuki menganggap Sunarso sebagai sahabatnya. Sunarso juga sebagai tempatnya berdiskusi, terutama berkaitan dengan penyelesaian masalah ganti rugi bagi korban luapan lumpur Lapindo. Sunarso tahu betul permasalahan lumpur Lapindo karena dia ditunjuk mengepalai BPLS sejak pertama kali lembaga itu dibentuk pada April 2007.
Sunarso dikabarkan meninggal dunia Rabu dini hari setelah melaksanakan salat Tahajud di rumahnya, Jalan Wiyung, Surabaya. "Informasi dari istri beliau seperti itu," kata Koordinator Pengaduan Validasi BPLS, Khusnul, kepada Tempo.
EDWIN FAJERIAL