Setelah menjalani perawatan di puskesmas terdekat dan di rumah sakit di Medan, Frans sudah pulih. Bahkan ia sudah pulang ke rumahnya pada Minggu malam, 18 Oktober lalu. Ia sudah bergabung dengan ibunya dan keluarga. Teman sekolahnya juga banyak yang berkunjung. Bahkan karangan bunga ucapan selamat tertampang di depan rumahnya.
Ibunya, Fransiska Sri Handayani, juga mendampingi Frans saat beberapa personel Kepolisian Sektor Kalasan meminta keterangan untuk laporan. Beberapa teman sekolah di Sekolah Penerbangan juga mengunjunginya.
Frans bercerita, saat itu helikopter terhalang kabut tebal. Visibilitas pilot sangat terganggu. Pilot mengarahkan capung besi itu ke kiri. Sekali lagi helikopter belok kiri. Tiba-tiba sudah menyentuh air danau.
Saat itu para penumpang dan pilot panik. Bahkan sang pilot terjebak sabuk pengaman. Air sudah masuk ke badan helikopter. Sebelumnya, ada guncangan yang sangat hebat. Yang pertama bisa keluar dari tubuh helikopter adalah Harry Purwanto, lalu Sugianto. Sang pilot, Teguh Mukyanto, masih terbelit sabuk pengaman dan dibantu Frans serta pakdenya, yaitu Fabianus Nurharianto. Nurharianto keluar, disusul sang pilot. Sedangkan Frans keluar terakhir.
Ibu Frans, Fransiska, merasa bersyukur atas keselamatan anak semata wayangnya itu. Namun masih ada tampak kesedihan di raut mukanya. Sebab, kakaknya, Nurharianto, belum ditemukan.
"Sejak awal, feeling saya, anak ibu selamat. Semoga kakaknya juga selamat," ujar Fransiska, yang sempat pingsan dan syok saat tahu helikopter itu hilang kontak.
MUH SYAIFULLAH