TEMPO.CO, Sleman - Rasa syukur Fransiskus Subihardayan, 22 tahun, korban helikopter jatuh di Danau Toba, Sumatera Utara, tak hentinya dilakukan. Ia ditemukan tim penyelamat dalam keadaan hidup di Danau Toba. Frans diselamatkan eceng gondok, yang berkembang biak di sekitar Danau Toba.
"Ada spons tempat duduk yang bisa dikepas dan kami berpegangan itu untuk mengapung. Lalu di sekitar itu ada eceng gondok yang besar-besar," kata Frans saat ditemui di rumahnya di Tegal Bojan RT 4 RW 2, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Selasa, 20 Oktober 2015.
Frans melepaskan pakaian yang ia kenakan, termasuk sepatu. Hanya celana pendek dan kaus oblong yang masih dipakai. Itu supaya tidak menambah beban tubuh dan tidak tenggelam. Namun, saat mereka berpegangan, ada gelombang besar yang datang, lalu memisahkan mereka. Frans hanya berdekatan dengan Sugiyanto. Namun, pada keesokan malamnya, Sugiyanto justru mengatakan sudah tidak kuat.
"Kami berusaha berenang supaya sampai tepi," kata Frans.
Sementara malam hari sangat dingin, siang hari justru sangat panas. Kulit di punggung atasnya sampai mengelupas karena panas. Frans sempat berkali-kali tidak sadar. Bahkan ia tidak tahu saat Sugiyanto sudah tidak berada di dekatnya. Selama tiga hari ia tidak makan dan hanya minum air danau. Ia juga takut makan daun eceng gondok karena tidak tahu apakah daun itu bisa dimakan atau tidak.
"Saya hanya pasrah kepada Tuhan," katanya.
Ternyata, kepasrahannya dijawab Tuhan. Ia ditemukan selamat oleh tim marinir. Saat sadar, tahu-tahu ia sudah berada di perahu penyelamat. Helikopter nahas itu jatuh di Danau Toba pada Minggu, 11 Oktober 2015. Frans ditemukan pada Selasa siang, 13 Oktober, atau dua hari setelah hilang kontak.
"Ini mukjizat dari Tuhan," kata Frans, yang mengaku punya pacar bernama Fransiska.
Setelah menjalani perawatan...