TEMPO.CO, Bandung - Ratusan massa yang berasal dari gabungan Serikat Pekerja Metal Indonesia dan Serikat Pekerja Indonesia melakukan unjuk rasa di depan Gedung Sate Bandung, Selasa, 20 Oktober 2015. Mereka menolak penangguhan upah minimum bagi kesejahteraan buruh di Indonesia.
"Kami meminta upah yang layak atas kerja keras kami, coba lihat kalo anggota Dewan yang merengek minta naik gaji dan penambahan fasilitas itu tidak pantas dengan kinerja yang pas-pasan," ujar Gendi, salah satu buruh, saat ditemui di depan Gedung Sate, Selasa, 20 Oktober 2015.
Penutupan jalan di depan Gedung Sate membuat kemacetan yang cukup panjang, ratusan buruh yang memadati area dan kendaraan yang di parkir menggunakan badan jalan sempat membuat beberapa kendaraan besar seperti bus kesulitan untuk berbelok menuju Jalan Supratman dan sekitarnya.
Unjuk rasa yang dimulai pada pukul 10.00 pagi hari ini rencananya akan berlangsung hingga sore. Ini karena banyak unjuk rasa yang sudah dilakukan para buruh tapi tidak ada realisasi nyata dari pemerintah untuk menyikapi tuntutan mereka.
"Kita di sini minta keadilan, enggak minta lebih. Cuma jangan seenaknya nentuin upah buat kita yang nyatanya enggak bisa menuhin kebutuhan sehari-hari. Kami punya keluarga dan kehidupan. Masa yang kaya naik gaji sedangkan kita menanggung semua sendiri," kata Yanti, 30 tahun, salah satu anggota Serikat Pekerja Indonesia
Tidak banyak aparat keamanan yang dikerahkan untuk menjaga jalannya unjuk rasa. Beberapa terlihat membuat barikade di depan gerbang utama Gedung Sate Bandung.
Menurut Gendi, unjuk rasa ini hanya untuk meluapkan aspirasi yang sudah berulang kali disampaikan tapi tidak terealisasi. Dan sebelum unjuk rasa dilakukan, panitia sudah memberi tahu petugas kepolisian mengenai kegiatan ini.
"Kita di sini bukan mau rusuh, cuma mau ngasih aspirasi, dan pihak kepolisian juga tau kok. Jadi pengamanan juga ya biasa saja, sekalian silaturahmi," ujarnya.
DWI RENJANI