TEMPO.CO, Blitar - Front Aktivis Muda Nahdlatul Ulama Blitar Raya akan memutar film dokumenter resolusi jihad untuk memeriahkan peringatan Hari Santri Nasional yang pertama, 22 Oktober 2015. Rencananya pemutaran film yang disertai diskusi ini akan dilakukan keliling di desa- desa dengan melibatkan kelompok remaja masjid dan karang taruna.
“Kami akan safari ke desa-desa dan memberikan pemahaman soal resolusi jihad,” kata Koordinator Front Aktivis Muda NU se-Blitar Raya sekaligus pegiat komunitas pelestari pemikiran Gus Dur (Gus Durian), Mahathir Muhammad, Senin, 19 Oktober 2015.
Dia menegaskan tak ada alasan untuk menolak peringatan Hari Santri seperti yang dilakukan organisasi masyarakat Muhammadiyah. Sebaliknya, Mahathir akan melakukan kampanye terbuka kepada masyarakat atas peringatan Hari Santri ini.
Dia menilai penetapan Hari Santri sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada umat Islam yang berjuang merebut kemerdekaan. Itu, menurutnya, seperti yang termaktub dalam resolusi jihad tanggal 22 Oktober yang merupakan hasil diskusi Kiai Hasyim Asy'ari dengan Bung Karno.
Makna resolusi jihad ini, Mahathir menerangkan, adalah menyerukan kepada seluruh umat Islam yang berada dalam radius jarak 94 kilometer dari pertempuran Surabaya wajib hukumnya berjihad fi sabilillah mempertahankan Tanah Air. Dan kebetulan, menurut dia lagi, sebagian besar yang bergerak maju ke medan perang adalah kalangan santri.
Baca Juga:
"Namun resolusi itu sendiri ditujukan kepada seluruh umat Islam,” katanya.
Dukungan atas kemeriahan peringatan Hari Santri datang dari Ketua Gerakan Pemuda Anshor Kota Blitar Hartono. Dia menyatakan bahwa pada hakikatnya peringatan Hari Santri adalah wujud lain pemberian penghargaan oleh negara kepada siapa saja yang memiliki peran dalam memerdekakan bangsa. “Seperti pemberian gelar pahlawan pada tokoh nasional," katanya.
HARI TRI WASONO