TEMPO.CO, Semarang - Abdul Jamil, petani di Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabupaten, Demak, Jawa Tengah, tewas dibunuh seorang pegawai negeri sipil (PNS), Soleman. Jamil dikenal kritis dan memprotes pekerjaan pembangunan yang dikerjakan Soleman sebagai rekanan pengerukan sungai yang dinilai tidak benar.
"Dia itu ya petani, pengurus kelompok tani, ya hansip. Orangnya baik, kritis, kalau ada yang tidak benar ditegur," kata kerabat korban, Masudi, saat mendatangi gelar perkara di Mapolres Demak, Senin, 19 Oktober 2015.
Mashudi menyatakan Abdul Jamil dikenal baik di lingkungannya, termasuk sikap kritis jika ada sesuatu yang salah di desa. “Ia tak segan untuk menegur bila ada pekerjaan pembangunan yang salah dan merugikan warga,” kata Masudi menambahkan.
Abdul Jamil dibunuh Soleman yang bekerja sebagai PNS Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Demak. Soleman merupakan warga satu desa tempat tinggal Abdul Jamil. "Keduanya tidak pernah memiliki masalah. Hanya karena kritik soal pengerjaan pengerukan sungai," kata Marsudi.
Soleman memang memiliki pekerjaan pengerukan bantaran Sungai Wulan untuk memperluas tempat penampungan air dan memperlancar saluran irigasi. Selain pekerjaan Soleman yang tidak baik, Jamil juga menjual hasil pengerukan tanah demi mengambil keuntungan.
Baca Juga:
Soleman mengaku kesal dengan cara mengkritik yang dilakukan dengan marah-marah. Dia kemudian mengajak rekannya berinisial S, yang masih buron, untuk membunuh Abdul Jamil. "Pak Jamil marah-marah, saya pukul duluan. Di susul Pak S pakai bagian belakang ganco (sejenis cangkul) ke arah kepala belakang," kata Soleman.
Ia mengaku tak hanya memukul kepala bagian belakang, tapi juga menjerat leher korban dengan pelepah pisang kering kemudian meminumkan tiner yang ditempatkan di botol air mineral. Seusai membunuh mereka kemudian meletakkan korban di sawah milik korban.
Keluarga Abdul Jamil menemukan jenazah sehari setelah pembunuhan terjadi pada 16 September 2015. Pada 11 Oktober 2015, polisi menangkap tersangka Soleman di rumahnya.
EDI FAISOL